Bagaimana kehidupan suami istri dinikmati?
Caranya, nikmati saja. Lama-lama jadi suatu kesenangan yang
rutin. Jeleknya, lama-lama jadi biasa. Kalau sedang ingin, aku tinggal
bertelanjang bulat, lalu menunggu Hansen. Sebaliknya, kalau Hansen yang ingin
-- asal aku tidak sedang mens -- ia akan menelanjangiku. Kemudian dengan panas
kami bercumbu, kadang di kamar tidur, di kamar mandi, di dapur, di ruang
keluarga depan TV, bahkan juga di garasi dan di tempat jemuran di atas, pada
sore hari. Tapi kami mulai kehabisan gaya, karena pada dasarnya aku mengangkang
dan Hansen memasukkan penis.
![]() |
| Rena |
Hanya herannya, aku kok masih belum hamil juga. Padahal,
setelah suamiku berejakulasi di dalam, aku mengangkat kaki tinggi-tinggi agar
cairannya tidak keluar. Kenapa ya?
Mungkin karena Hansen semakin sibuk. Sekarang ia jadi wakil
perusahaan untuk berkeliling Indonesia dan ASEAN, jadi kadang-kadang dua minggu
pergi ke Menado, atau ke Bangkok, atau ke Kuala Lumpur. Jadi, hubungan kami
tidak bisa dibilang sering sekali. Aku juga mengerti kalau Hansen sedang lelah
bukan main. Tapi, bukan ini yang ingin kuceritakan.
Ceritanya begini, Hansen sedang ke Brunei, selama 11 hari.
Kantornya baru buka perwakilan di sana, ia harus bertemu dengan duta besar dan
sebagainya untuk mengurus surat-surat. Jadi aku menunggu saja di rumah, tapi
kali ini ada tamu di rumah kami. Seorang gadis ...atau bukan? Namanya Rena
(bukan Lena lho, walau kalau disebut kadang terdengar begitu) adalah sepupu
Hansen. Dia ini masih 17 tahun, putih, tinggi (lebih tinggi 5 centi dariku
sendiri), rambutnya yang lurus (rebonding) berujung beberapa centi di bawah
bahu, dadanya besar, panggulnya bulat, pantatnya montok. Dan wajahnya cantik
bukan main.
Dalam ukuran manapun juga, bahkan diriku sebagai seorang
perempuan pun harus mengakui: Rena adalah perempuan yang bukan main cantiknya,
muda, dan seksi bukan main karena cara berpakaian dan cara berjalan (oh ya, aku
belum memberi tahu bahwa waktu Rena tiba, ia dengan anggun melangkah dengan
sepatu yang haknya 15 centi). Erotis. Untung aku bukan laki-laki, dan juga
bukan perempuan yang bernafsu melihat perempuan lain.
Tetap saja, aku kagum pada keindahan Rena. Sayang, matanya
sayu. Aku menerimanya dengan tangan terbuka, waktu Rena meminta tolong agar
boleh menginap di rumahku beberapa hari. Lumayan untuk menemani, karena Hansen
baru berangkat kemarin. Ia kuanggap adikku sendiri, dan Rena memanggilku
"kakak" saja.
"Kak Di, Rena menginap di sini ya...beberapa hari
aja."
"Oh ya... boleh saja Ren. Lho, barangmu kok cuma
segini?"
"Iyah... Rena... Rena lari dari rumah, Kak."
Matanya tampak memerah.
"Lho, kenapa? Apa yang terjadi?"
Rena menangis. Aku merangkulnya. Ia sesenggukan dalam
rangkulanku. Setelah kami duduk dan barang-barang dibereskan, Rena menuturkan
ceritanya padaku. Oh, mahluk cantik yang malang... Beginilah ceritanya.
Di sekolah, Rena adalah gadis yang populer. Cantik, pintar,
juga jago basket dan berenang (menjelaskan tubuhnya yang padat berisi). Karena
ia memang cukup tinggi, Rena juga mengikuti sekolah modelling (menjelaskan cara
berjalannya yang seksi). Sudah terang para murid laki-laki tergila-gila melihat
Rena, dan juga beberapa guru pria yang masih muda tidak mungkin mengabaikan
kecantikan yang berlalu -- walau Rena hanya memakai seragam SMU yang
putih-abu-abu itu.
Sayangnya, Rena tidak bisa menguasai diri, dia
melayang-layang dalam sanjungan dan pujian. Menjadi agak sombong. Terang saja,
ia tidak mau pacaran dengan cowok-cowok bau kencur itu. Ia ratu kampus --
begitulah julukan orang. Dari hari pertama ia masuk, Rena sudah populer. Dalam
setahun, Rena sudah dikenal semua orang. Ketika mau ulang tahun ke-17, semua --
maksud Rena semuanya tanpa kecuali -- ikut sibuk.
![]() |
| Rico & Rena |
Sampai, satu bulan sebelum hari ulang tahunnya, ada seorang
murid pindahan dari luar negeri. Enita namanya. Enita ini ibunya orang
Tionghoa, papanya orang Inggris. Nenek dari ibunya orang Dayak, kakeknya
Tionghoa. Tapi, orang tua Enita sudah bercerai, dan kini ibunya kembali ke
Indonesia. Enita masuk, dengan bahasa Inggris yang lancar dan bahasa Indonesia
yang kaku. Langsung populer, walau umurnya belum lagi 16 tahun. Putihnya putih
peranakan, hidung mancung, dan dada yang sudah membulat, lebih daripada orang
lain. Lebih daripada Rena.
Kini, cowok-cowok punya sumber baru, apalagi Enita tidak
arogan seperti Rena. Dia manis, tersenyum pada siapa saja, membiarkan rambut
panjang coklat-merahnya dibelai oleh siapa saja, selama masih sopan. Dan Enita
rupanya pemalu, entah sikap yang diturunkan dari siapa, bisa dibilang lugu. Ibu
Enita pulang dengan banyak harta, apalagi ukuran orang Indonesia yang kursnya
rendah dibandingkan Poundsterling, tapi Enita sederhana, pakaiannya biasa,
tanpa asesoris, tanpa hiasan bibir atau kuku. Justru karena itu, ia menjadi
cantik dan pusat perhatian.
Rena jadi keki bukan main. Marah besar. Ketika hari H nya
mendekat, orang justru mengalihkan perhatian, hanya dalam hitungan hari mereka
semua membicarakan Enita, bukan Rena. Kemarahan Rena diungkapkan pada Rico,
yang masih menikmati memeluk tubuh sintal Rena yang cantik, yang sampai hari
itu masih hanya dipeluknya, tidak lebih. Maka, Rico mempunyai rencana yang
menarik... jahat mungkin, tetapi bukannya Rena kalau tidak suka.
Rencananya sederhana: Rico mempunyai dua teman preman, si
Eeng dan Danu, yang dengan senang hati mau menjemput Enita dan menikmati tubuh
moleknya. Idenya begini: kalau Enita diperkosa, lantas rekaman videonya
disebarkan di sekolah, maka dia tidak akan lagi punya nyali atau muka untuk
jadi populer. Tapi, untuk semua rencana merusak Enita ini, ada harga yang harus
dibayar oleh Rena. Dia mesti mau making love dengan Rico, pacar setianya.
Demikianlah, satu minggu sebelum hari ulang tahun Rena,
rencana mereka dilaksanakan. Kebetulan waktu itu ada pelajaran tambahan, jadi
anak-anak di kelas Enita pulang lebih sore dari biasanya. Enita yang biasa
pulang dijemput sopir, kini pulang sendiri, dia memanggil taksi. Ketika sedang
menunggu taksi, yang datang bukannya mobil biru itu, tetapi Eeng dan Danu yang
menarik Enita masuk dalam mobil box, sambil membekapkan saputangan dengan
chloroform -- entah darimana mereka bisa mendapat zat itu.
Ketika Enita sudah sadar, ia sudah terikat di atas ranjang.
Enita tidak bisa melihat apa-apa, matanya ditutup lakban hitam. Kancing bajunya
sudah terbuka semua. Sepatunya sudah terbuka. Roknya sudah tidak ada lagi. Rico
mengangkat video camera digital, memasang lampu video yang terang, dan
memperlihatkan paha Enita yang putih, yang bersih, dengan memek yang belum
banyak bulunya, masih sangat rapat. Lalu muncullah Eeng dan Danu, dan mereka
segera mulai menggerayangi Enita.
Gadis ini mula-mula bingung, tetapi ketika ia tersadar,
Enita menjerit-jerit. Tak ada gunanya, karena mereka ada di gudang belakang, di
deretan yang hanya didatangi orang sekali saja di pagi hari. Jeritan Enita
terpantul dari langit-langit gudang yang tinggi, dan tidak yang bisa
mendengarnya, hanya terekam saja di video itu. Jeritan yang mulai melemah,
menjadi keluhan, ketika lidah Eeng bermain-main di memeknya, menghisap
kelentitnya, dan mulai merekahkan bibir kemaluannya. Rico memastikan bahwa di
dalam video itu tidak ada wajah lain yang nampak selain wajah Enita, yang
melenguh antara takut, bingung, dengan terangsang. Siapa bilang orang yang mau
diperkosa tidak bisa terangsang?
Mereka tidak membuat Enita sakit. Sebaliknya, mereka membuat
Enita dibelai-belai, dengan tangan, dengan lidah, hingga seluruh tubuh gadis
muda itu telanjang. Eeng dan Danu bergantian menjilati toketnya, memeknya,
ketiaknya, memijit, mengurut, menggelitik, mengigit mesra, hingga akhirnya
Enita menggelinjang, merintih... terangsang hebat. Sampai akhirnya ia tidak
banyak bergerak, ketika penis Eeng bergesekan dengan bibir kemaluannya. Ia
bahkan mengangkat pantatnya, ketika Eeng menarik penisnya menjauh.
Rena yang melihat dari balik layar, turut terangsang,
sekaligus senang. Ternyata gadis itu tidak sebersih bayangan orang. Ternyata ia
juga haus sex. Ingin sex. Ingin... Rena juga ingin. Tapi rasanya ia tidak
sehaus Enita, perek dari Inggris itu. Rena menoleh ketika mendengar jeritan
Enita sekali lagi. Ia tersenyum. Penis Eeng melesak masuk, seluruhnya. Darah
mengalir, mewarnai bagian pangkal paha gadis itu. Enita bukan perawan lagi. Ia
digenjot, dipompa.
Eeng rupanya tidak tahan lama. Kemaluan Enita begitu sempit,
begitu hangat. Eeng memuntahkan pejunya di muka Enita. Danu lantas naik dan
menggantikan penis Eeng dengan penisnya, meneruskan genjotan dengan lebih liar
lagi, lebih kasar lagi, yang justru membuat Enita meraung-raung, dan justru
libidonya menjadi semakin tinggi. Ah, daripada terus kesakitan, Enita justru
mengalami sensasi yang enak. Ia meracau, entah apa yang dikatakannya, tapi
pasti saat itu ia orgasme dan Danu juga berejakulasi di dalam memeknya. Seluruh
kemaluan preman yang hitam itu melesak masuk, semua, hingga bola-bolanya
menyentuh bibir anus. Besar dan panjang, masuk semua, memuntahkan semua di
dalam, yang tidak pernah disentuh orang.
Rico menyerahkan video kepada Eeng, yang meneruskan merekam
adegan Danu yang membalikkan Enita, lalu mulai mengentotnya dari belakang.
Enita menjerit lagi, ketika Danu memaksakan penisnya -- yang entah bagaimana
bisa keras terus -- masuk ke anusnya. Gila, baru diperkosa, langsung disodomi.
"Kamu puas, sayang?" tanya Rico. Rena mengangguk.
Mereka berciuman. Dan sebagai bayarannya, Rena membuka seluruh bajunya.
Seluruhnya, di muka Rico kekasihnya. Rena lalu membuka celana Rico, mengeluarkan
batang kemaluan yang sudah mengeras. Ujungnya mengeluarkan cairan. Rena lalu
menjilatnya, melakukan semua yang Rico minta. Dengan sukarela ia mengangkang,
mengangkat kaki, menyambut Rico yang datang dengan penis yang sudah basah
mengkilat oleh ludahnya sendiri.
Tanpa basa basi, Rico memasukkan penisnya ke tubuh cantik
milik Rena. Satu minggu sebelum ulang tahun ke-17, Rena kehilangan
keperawanannya. Ia menggigit bibir bawah, menahan nyeri karena penis itu
menerobos masuk ke liangnya yang sempit. Rico membiarkan penisnya terbenam
dalam, membuat Rena merasa biasa. Merasa nyaman. Lalu Rico mulai menggenjotnya,
memainkannya, membuatnya melayang tinggi, hingga Rena pun menikmati orgasme
yang pertama, yang sangat kuat, walaupun ia masih merasa sakit dan nyeri. Nyeri
yang memberi kenikmatan.
Yang Rena tidak ketahui, Eeng tidak hanya merekam Enita. Ia
juga merekam adegan Rico dengan Rena seluruhnya, bahkan bagaimana Rena justru
lebih liar daripada Enita. Kalau gadis itu ditutup matanya, terpaksa menerima
perkosaan terhadap dirinya, Rena dengan pasrah menyerahkan diri dan menjadi
seperti pelacur jalanan bagi Rico. Ketika Rico hampir mencapai puncak, ia
menarik keluar penisnya dan menyorongkan pada muka Rena. Ia mengulum penis itu,
menelan semua cairan yang memuncrat keluar, membasahi pipi, dagu, dan kedua
toketnya yang memerah.
Sehari sebelum ulang tahun Rena, rekaman video Enita beredar
di sekolah, sudah dalam bentuk VCD. Bahkan VCD itu diam-diam dijual di
mana-mana, bahkan di kota-kota lain. Enita yang malu akhirnya mengurung diri.
Bagaimana ia dapat menghadapi orang, jika mereka tahu betapa ia orgasme yang
ketiga kalinya oleh lelaki yang memperkosanya? Atau, Enita tidak dapat
mengatakan bahwa ia diperkosa. Atau harus menuntut siapa, karena Enita tidak
lihat apa-apa. Rena senang. Rena puas.
Rena terkejut, ketika pesta ulang tahun berakhir. Di malam
itu, di mobil Rico, sesudah mereka berciuman, Rico memperlihatkan rekaman video
hubungan liar mereka. Rico bilang, bahwa mulai sekarang Rena harus menurut,
kalau tidak mau rekaman ini tersiar ke mana-mana dan mengalami nasib sama
seperti Enita.
Rena baru tahu, bahwa Rico adalah serigala buas, yang jahat,
yang liar, yang tidak pernah puas. Ia kini harus melayani Rico setiap saat,
menjadi budak seksnya. Tidak ada lagi kemesraan. Tidak ada lagi kelembutan. Ia
bukan hanya harus mengikuti penis Rico sendiri, tetapi juga penis Eeng. Penis
Danu. Yang satu memasuki vagina, yang lain anus, yang satu lagi dikulum di
mulut, sampai ketiga-tiganya memuncratkan peju di seluruh tubuhnya. Rena harus
melayani dengan senang, dengan berpura-pura orgasme. Pura-pura. Karena, Rena
menangis dalam hatinya, ia lebih buruk nasibnya daripada Enita. Rena menyesal.
Penyesalan Rena memuncak, ketika akhirnya penyelidikan
polisi berujung pada ditangkapnya Eeng dan Danu. Keduanya mengaku disuruh oleh
Rico dan Rena. Ketika itu terjadi, Rico mau kabur tetapi tertangkap di bandara.
Rena juga dibawa ke kantor polisi untuk menjadi saksi, dijemput dari sekolah.
Sementara semua ini berlangsung, entah bagaimana caranya ada yang
menyebar-luaskan video Rico yang sedang memerawani Rena, kemudian video ini
juga menjadi barang bukti.
Yang paling marah dan kecewa adalah ayah dan ibu Rena.
Ayahnya begitu marah, sehingga hampir mau membunuh putri sulungnya ini. Malu.
Marah. Akhirnya, mengusir. Ketika sidang pengadilan selesai, Rena juga selesai.
Ia keluar dari sekolah. Ia keluar dari rumah. Lari.
Begitulah, akhirnya ia tiba di rumahku.
"Kak Di, Rena boleh tinggal dulu di sini ya? Rena tidak
tahu lagi harus ke mana..."
Aku tahu, orang tua Rena yang sangat kukuh menjaga
kehormatan keluarga, tidak mau lagi menerimanya. Butuh waktu. Lagipula, aku
butuh teman -- bukan teman tidur -- untuk bicara di rumah. Barangkali, Rena
juga bisa mulai sekolah di sini. Begitulah, akhirnya Rena tinggal denganku.
Ketika Hansen datang, ia tidak keberatan. Toh lebih baik daripada istrinya
tinggal berdua dengan lelaki lain....
Kami meneruskan kehidupan kami secara normal. Rena akhirnya
bersekolah lagi, menjadi siswi pindahan di kelas 3. Aneh memang, tetapi karena
Hansen sekarang cukup banyak uang, jadi tidak masalah. Ia sekarang tidak
sombong lagi, malah bersikap manis. Kupikir Rena mulai mengerti bagaimana
menjadi Enita. Tapi, Rena tidak lagi mau dekat dengan cowok, mungkin belum.
Rena bilang, ia ingin bisa sekolah sampai setinggi-tingginya, punya karir,
punya harga diri lagi. Ia bukan perek yang hanya punya tiga lubang untuk
dimasuki penis laki-laki.
Aku dan Hansen masih tetap mesra, setiap kali Hansen pulang
kami selalu bercumbu. Aku menginginkan penisnya membesar, memerah dimulutku,
lalu dimasukkan dalam-dalam ke liangku, liang surganya Hansen, sambil
mengedut-ngedutkan otot-otot disana, sampai aku dan Hansen bersama-sama
mencapai puncak. Kemudian kami akan tidur berdua sambil tersenyum puas.
Dan kalian tahu? Mungkin kehadiran Rena membawa berkah.
Karena tak lama setelah Rena ada di tengah kami, aku pun akhirnya hamil. Ah,
senangnya...


Tidak ada komentar:
Posting Komentar