Bloggroll

Senin, 16 Mei 2011

Bercinta dengan Pengemis Buta

Sandra
Suatu siang yang panas, kulihat seorang pengemis didepan rumahku sedang berteduh dari teriknya matahari yang panas. Saat itu hanya ada bi Yem dan cucunya si No, kacungku. Mereka ada dibelakang sedang istirahat. Karena kasihan, aku berjalan ke pagar depan dan kubuka pintu pagarnya. Kupanggil dia untuk masuk "Pak, ...pak..., mari masuk sini pak, diluar panas sekali loh...".
Dia menoleh kearah suaraku, setelah kuperhatikan, ternyata dia buta. Jadi tambah iba aku padanya. "Mari pak, aku tuntun masuk ya...". Kutuntun dia untuk masuk kedalam, "Terima kasih ya nak...",
Perawakannya kurus, kotor dan bau. Dia hanya menggunakan sarung yang udah butut dan baju yang compang-camping. Tangannya selalu memegang tongkat kayu dari potongan ranting pohon. Sesampai di dalam, kududukkan dia ruang tamu dan kuambilkan segelas air minum yang dingin, dia cepat-cepat meminumnya.

Pada saat duduk, posisi kakinya agak terbuka, sekilas kulihat kontolnya yang terjulai lemas diantara kedua pahanya, meskipun sedang terkulai lemas tapi kulihat lumayan besar dan panjang juga. Langsung jantungku berdegub sedikit lebih kencang dari biasanya. Otakku mulai berpikir yang jorok-jorok, gimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dicicipinya dan aku juga dapat merasakan kontolnya. Aku belum pernah merasakan kontol seorang pengemis tua yang buta, pasti nikmat bila ngentot dengannya.
Aku mulai memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan kesempatan itu. Aku iseng-iseng bertanya padanya, "Kapan terakhir mandi, pak? Bapak mau mandi disini? Nanti setelah mandi aku beri pakaian bekas yang lebih baik. Mau kan pak?"
"Wah ya mau dong non...tapi apa nggak ngerepotin... ", tanyanya ragu.
"Tenang aja pak, disini nggak ada siapa-siapa koq..., cuman aku dan pembantu-pembantuku dibelakang... nggak apa-apa, ayo sini aku bantu ya...", jelasku.
Aku bimbing dia menuju ke kamar mandi tamu, kupeluk dia, dan kubimbing dia, tangannya kuletakkan di bahuku. Secara tak sengaja tangannya tersentuh buah dadaku yang gempal, tanpa BH. Kulihat reaksinya, dia diam aja, juga tidak berusaha menjauhkan tangannya yang tersentuh susuku.
Sambil berjalan dia bertanya padaku, "Non ini umur berapa, koq kecil sekali rasanya...".
"Aku baru berusia 14 tahun, pak. Kenapa?", tanyaku.
"Oh nggak, nggak apa-apa koq", jawabnya.
Aku bertanya lagi, penasaran, "Kenapa sih pak, koq tanya gitu? Bapak pikir ....Saya udah besar karena ....susuku gede yahh...".
"I.. iya...", jawabnya tersipu malu.
Sesampai didalam kamar mandi tamu, aku tutup pintu dari dalam dan berkata "Saya bantu ya pak, bapak pasti nggak bisa mandi sendiri, kan bapak nggak tahu tempat-tempatnya".
"Tapi... tapi..., non kan..., ahh...., nggak usah deh, non, non kan perempuan..., masih kecil lagi.. nggak baik non...", jawabnya gugup. Karena tidak menyangka aku bakal menawarkan itu.
"Ah, nggak apa-apa pak, bukankah aku masih kecil, seperti kata bapak anggap aja aku ini cucu bapak yang sedang membantu bapak mandi. lagipula, nggak ada.... orang lain dirumah ini koq pak..., tenang aja...", tegasku.
Tanpa menunggu jawabannya lagi, aku bantu dia mencopoti bajunya yang compang-camping, dan sarungnya yang butut. Tubuhnya benar-benar kurus kering, kecuali kontolnya yang masih terlihat besar meskipun agak kotor dan terjulai lemas. Maklum, mana ada pengemis punya waktu untuk mandi setiap hari, apalagi mencuci kontolnya. Dia diam aja, sambil menutupi kontolnya, dia menduga-duga apa yang bakal kuperbuat.
Aku bertanya padanya "Kenapa koq ditutupin pak..., malu ama aku yaah..? hihihi...nggak usah malu pak.., aku udah biasa liat kontol koq paak...".
Setelah itu kulepas bajuku sendiri, sambil berdiri didepannya aku meremas-remas susuku dan menggosokgosok memekku dengan nafsu. Sayang dia nggak bisa lihat tubuhku ini, pikirku.
Kupasang shower dan air mengucur dengan lembut ke tubuhnya dan tubuhku. Setelah itu kubantu dia menggosok tubuhnya dengan sabun wangi, tubuhnya kelihatan lebih bersih dari tadi, dan baunya juga sudah tidak menyengat lagi. Dengan tidak sabar kugosok kontolnya yang masih terjulai lemas itu, dia berkata "ah.. ah... non, yang situ nggak usah non...biar aku sendiri aja....", katanya malu.
"Nggak apa-apa pak, aku udah biasa koq, bapak nggak perlu malu sama aku, kan udah aku bilang, anggap aja aku ini cucumu yang sedang bantu bapak mandi.", desakku tambah bernafsu setelah kontolnya dalam genggaman tanganku.
"Wah, non ini baik sekali, gimana caranya aku bisa balas budi baik non, aku nggak punya apa-apa untuk membalas perbuatan non yang mulia ini", katanya.
"Balasannya gampang pak, aku pengen bapak memijiti dan menggosoki ....seluruh tubuhku, bapak diam aja, nanti aku kasih sesuatu yang paling enak deh... kutanggung bapak pasti nggak pernah dapet dimanapun dan kapanpun", jawabku enteng.
"Baik non, bilang aja bapak harus apa dan gimana", kelihatannya dia udah tahu apa yang kuingini. Dia kelihatannya mulai berpikir yang tidak-tidak. Kubimbing kedua tangannya ke susuku dan kuremaskan tangannya ke susuku yang gempal itu, 34B.
Dia kaget banget setelah merasakan tangannya meremas suatu gumpalan daging yang padat, kencang dan halus. "Hhmmmm... susu non sungguh besar, tidak kusangka umur non masih 14 tahun, hmmm..., sungguh gempal dan padat, kencang sekali susumu...".
"Eh, non koq mau berbuat begini padaku? Aku kan hanya seorang pengemis kotor, udah tua, buta lagi... aku... nggak ngerti non...", tanyanya bingung.
Jawabku "ah.., bapak nggak usah ragu... aku memang suka melakukan ini kepada orang yang belum pernah kukenal, aku pengen mencicipi kontol orang-orang kayak bapak ini. Bapak maukan melayaniku, aku ingin bapak puaskan nafsuku ini, aku ingin kontol bapak di mulutku, dimemekku...", jawabku.
Terengah-engah dilanda nafsu yang tambah membara, sambil merem melek, kunikmati remasan tangannya sambil tanganku sendiri mengocok-ngocok kontolnya yang masih terjulai lemas. Kupikir, wah ini kontol kelihatannya harus pakai extra service baru bisa ngaceng, nih.
"Wah, kontol bapak koq masih lemas sih... biar kumasukkan mulutku, kujilati dan kuhisap, ya pak...", dia mengangguk aja sambil mulutnya terbuka, menanti pengalaman yang mungkin belum pernah dia dapatkan.
Sambil tangannya meremas kedua susuku, aku jongkok didepan kontolnya, kugenggam kontolnya yang masih lemas, ku jilati kontolnya, mulai dari kepala kontolnya, turun ke buah pelernya.
Kembali kebatang kontolnya, kujilati terus sampai naik kekepala kontolnya lagi, lalu kumasukkan kontolnya kemulutku yang mungil itu. Dia mulai bereaksi, "eennnggghhh....mmmhhh...".
Dia mulai melenguh lemah, kontolnya mulai mengeras, terangsang oleh jilatanku. Masih belum keras, kusedot-sedot sambil kukeluar-masukkan dimulutku, kukombinasi dengan menyedot buah pelernya, kontolnya bertambah keras. “Nah, ini dia”, pikirku
"Pak, coba kaujilatin susuku pak, cicipi tubuhku ini, nikmati tubuhku yang masih muda ini, kapan lagi bapak bisa menikmati tubuh seorang anak kecil baru umur 14 tahun ini. Kaujilati pentilku, kausedot seluruh susuku. Perbuat tubuhku sesukamu, pak", kataku menahan nafsu.
Benar-benar luar biasa, sambil meraba-raba, dia melakukan semuanya. Benar-benar gila pikirku, koq bisa aku melakukan ini dengan seorang pengemis tua, buta pula. Tapi, memikirkan hal ini membuat ku makin terangsang berat.
Dia menjilati pentilku dengan nafsu, disedotnya susuku dengan mulutnya yang kempong krn giginya udah ompong semua. Nikmat sekali rasanya, geli banget, ternyata enak juga kalo susu disedot dan dikulum oleh mulut yang ompong, coba kalian rasakan sendiri, deh.
Puncaknya, aku udah nggak tahan lagi, kusuruh dia berbaring telentang dilantai kamar mandi, aku jongkok diatas tubuhnya dan berusaha memasukkan kontolnya yang udah ngaceng berat itu ke lubang memekku dari atas. Kubimbing kontolnya kearah memekku, aku menduduki kontolnya, dan..."ssslluuuppp...", kontolnya langsung menancap dalam-dalam dimemekku.
"Rasakan nikmatnya ...memekku yang sempit ini...., pak", ujarku tersendat-sendat menahan kenikmatan yang luar biasa. Amblas masuk semua kontolnya ke memekku.
"Nnnggghhh.....aaakkhhhh...., aduh sempit sekali memekmu non, sampai sulit masuknya...hhhggghhh.... adduuuuhhhh enaknnyyaaaa...nnnooooohhh".
"Mmmmmhhh...., mmhh...mmhhhhh...hhhkkkkhhh...", aku sendiri berteriak karena kontolnya ternyata besar juga untuk memekku, benar-benar kunikmati kontolnya keluar masuk di memekku. Tubuhku mulai naik-turun diatas tubuhnya yang telentang itu, kontolnya keluar masuk di memekku. Tangannya sambil meremas susuku, satunya lagi kadang memegangi bahuku, mengelus tubuhku, menjambak rambutku. Lenguhannya keras sekali, dan parau suaranya "hhhkkk...aaahhhkk....ahhh, enakk sekaalliihh noon...", serunya.
Aku semakin menikmati persetubuhan lain jenis ini, persetubuhan yang sangat mencolok, lain kalangan, lain status sosial, lain suku, lain usia. Aku tak bisa membayangka bila kedua ortuku melihat ini, dikamar mandi, anak gadis satu-satunya, yang semata wayang ini sedang bersetubuh dengan seorang pengemis yang sudah tua, mungkin aku bisa dibunuh mereka apabila ketahuan.
Aku tak puas menggoyang pantatku, aku mengajaknya ganti posisi, dia diatas, aku dibawah, telentang dengan kedua kakiku terbuka lebar, aku ditindihnya, kontolnya tetap keluar masuk dengan nikmatnya.
Bosan lagi, aku ajak ganti posisi lagi, aku menungging seperti anjing sambil berpegangan pada tepi wastafel dan dia menggenjot memekku dari belakang, persis seperti anjing yang sedang ngentot. Nikmat sekali posisi ini, pikirku.
Wah, kuat juga nih orang tua pikirku. Baru berpikir begitu, aku tiba-tiba merasakan gejolak luar biasa yang nggak bisa aku tahan, aku mau keluar, eh, ternyata dia juga mulai bergetar tubuhnya, dia melenguh-lenguh lebih cepat, "Oh...oohh... oohhhh... oooooohhhh... oookkkkhhh... aku uhh maauu... keluuuaaarr nnooooonnhhh.... akkkuuu... ngggaaakk ttaaahhhaannn... laaggiiihhh.... aaaaaakkkkkkkkhhhhh...". "Cruuoottt...croootthh... crrrrooootttthh.....", dia berteriak kesetanan.
"Mmmhhh...mmmhhhh. ....aakkuu juuggaa pppaaaaakkk....nnnnhhh hh....mmmmhhhh...eeh. eekkhhhhhh.....", aku pun mencapai orgasme bersamaan dengannya. Aku merasa pejuhnya meluncur deras dalam memekku. Memekku penuh dengan pejuh seorang pengemis tua itu. Aku tak tahu andaikata aku hamil dan punya anak, aku pasti bingung siapa si bapaknya, habis begitu banyak kontol yang pernah menancap dimemekku, begitu banyak pejuh yang pernah keluar didalam memekku ini.
Setelah itu, kami membersihkan tubuh dari pejuh-pejuh, dan mengeringkan dengan handuk bersih. dia berkata seraya pamit, "Terima kasih non... atas segalanya... non bener, aku nggak pernah merasakan seperti ini... seumur hidupku... akan kukenang peristiwa ini sampai akhir hayatku...", kemudian dia pun kutuntun keluar dari rumahku yang besar. Pikirku, udah cukup aku menikmati kontolnya. Dia keluar dengan wajah berseri, puas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar