Bloggroll

Minggu, 22 Mei 2011

The QUICK and The WARMTH

Wuah. I've never been so alive (soalnya sudah selesai ujian).
Halo para pembaca CCS, maaf kalau saya mungkin sudah terlalu menyiksa pemikiran kalian dengan doktrin-doktrin yang tersirat dalam beberapa karya saya yang lalu. Hohoho, saya merasa keberadaan saya sedikit mengabur. Tapi TIDAK !! Karena saya adalah RAY !! A man whose heart is bloodless....
Buat yang baru join di CCS, nama saya RAY, umur 22 dan belum lulus. Sekarang di Surabaya, kuliah di sebuah universitas terkemuka dan menempati sebuah rumah kontrakan yang cukup untuk membuat semua mimpimimpi dan anganku menjadi kenyataan. Sejauh ini, jumlah gadisku masih #14, dan aku masih berkutat dalam hubunganku dengan KIRANI (yang jauh di luar perkiraan agak lama deadline-nya, padahal targetku setelah tahun baru..hehe) Aku jadi bingung menjawab permohonan kalian-kalian yang ingin `berguru' padaku..hahaha (konyol, soalnya aku saja masih harus banyak belajar). Dan sekarang ada sesuatu yang mungkin membuat kalian sedikit refresh dari cerita-ceritaku yang aneh. Lagipula sudah lama aku tidak mendapat kiriman caci maki dari kalian. Hehehehe.....


The QUICK and The WARMTH (kenangan akhir SMA, gadis ketiga)

"Kemana anak itu pergi ?"
"Wah, ngga tahu yah, Vin. Ke kantin kali."
"Dasar tuh anak."
"Kenapa sih ?"
"Uang kantin dia korup semua."
"Hah? Berapa ?"
Oh oh, dalam situasi seperti ini aku sebaiknya tidak memunculkan kepalaku. Untuk menghindari berbagai pertanyaan tentang uang yang pada kenyataannya sudah lenyap dari sakuku. Jadi kuteruskan saja berjongkok di bawah jendela luar kelas, berusaha untuk sedikit menikmati pemandangan sepeda-sepeda motor yang berjejer di depanku.
"Ra.."
"Sssshhhh....!!!", kugerakkan telunjukku ke depan mulut. Hari berjongkok, memandangku dengan penuh tanya.
"Nih, rokoknya."
"Berapa pak ?" tanyaku sambil berbisik.
"Empat Surya, satu Marlboro."
"Sip." ujarku sambil mengambil bungkusan plastik itu dari tangan Hari. Mengintip isinya sejenak, berusaha memastikan benda-benda yang terdapat di dalamnya.
"Ray, Marlboronya buat siapa ?"
"Ssshhh !! Ada deh."
"Raaaaaayyyy !!!!" Yaiks. Sebuah kepala muncul dari balik jendela. Lari. Kudorong tubuh Hari dan segera mengambil langkah seribu.
"Wah, kebetulan sekali."
"Hehehe..". Kutarik bibirku tersenyum, memandang wajah Yono yang berseri-seri melihat empat bungkus Surya di dalam kantung plastik di tangannya. "Jadi ?" tanyaku kemudian.
"Beres. Jangan khawatir. Semua beres." Bagus.
"Ada apa, Ray ?"
Kupandangi wajah gadis itu yang bertanya-tanya. "Ehm," kuambil sikap serius, "aku ingin ngomong sama kamu."
"Masalah apa ? Masalah bimbel kemarin ?" Bukan.
"Bukan, bukan itu."
"Lalu?" matanya tampak bingung. Aku menyukai gerakan matanya.
"Jangan-jangan..."
"Hey, tenang. Aku tidak akan memperkosamu." Setidaknya detik ini. Susan tertawa mendengar selorohanku. Maklumlah, soalnya sekolah sudah mulai terlihat sepi. Bahkan Yono yang biasanya sibuk mengunci pintu-pintu kelas sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Tentu saja.
"San." desahku perlahan. "Hmm ?" Ehm lagi. Semoga berhasil. Good luck, Ray. Seperti yang mereka ucapkan kepadaku sebelum mereka...

Wong

Akankah ada yang menikmati penuturanku dengan penuh penghayatan dan mencoba merenungkannya? Dua tahun berlalu sejak cerita ini terjadi. Kujadikan penghias dalam kehidupanku sehari-hari dalam gelimang cinta- cintaku. Semoga saja yang membacanya bisa mulai membuka pemikiran kalian tentang kenyataan kehidupan yang memang pahit, namun mengandung nilai dan makna yang indah dan luar biasa. Dan ingatkah kalian, akan penyesalan yang kalian dapatkan apabila orang yang kalian kasihi terlepas begitu saja, setengah jalan menuju impian kalian bersamanya? Ah, manusia, mengapa menikmati penderitaan itu di saat kalian bisa merubahnya menjadi kepuasan dan kebahagiaan? Apakah adat istiadat itu begitu kokohnya membelenggu kalian, sehingga memaksa kalian mengorbankan kepuasan dan kebahagiaan itu?
=WONG=
Jay, sahabat terbaikku
Aku mengenalnya sejak pertama kali kuliah. Saat itu aku sedang melakukan pendekatan dengan Chie. Perkenalan kami sangat singkat, namun dari tatapan mata masing-masing aku dan dia langsung menyelami arti sebuah keakraban. Karena seperti kata pepatah kuno, hanya setan yang mengerti setan. Waktu itu Jay juga sedang mengejar Chie. Jadi kami memutuskan untuk fair-play. Ah, memang teman lebih berharga dari pada pacar. Akhirnya kami bersepakat untuk mengabaikan Chie yang kemudian mengamuk dan memutuskan untuk mengikrarkan tali persahabatan antara kami bertiga. Jay, kembaranku. Jay, sahabat terbaikku.
Chie, gadis penuh pesona
Gadis yang satu ini sangat unik. Jarang mungkin kita melihat seorang gadis indo dengan kulit putih, hidung mancung, dan rambut kemerahan duduk menghabiskan waktu bersama teman-temannya di warung sate di pinggir jalan, dengan celana jeans sobek di lutut dan tangan yang melambai-lambai ke segala arah setiap kata-kata riang keluar dari bibirnya. Itulah Chie. Gadis kaya yang lebih suka naik beca daripada mercedes. Yang lebih suka minum es degan murahan daripada minuman- minuman mahal yang tersedia di kafe-kafe. Itulah sahabatku, gadis cerewet yang berbicara seperti kereta api, yang kukenal sejak penataran mahasiswa baru. Chia, sederhana di balik gemerlap kehidupannya. Chie, gadis penuh pesona..

Tanpa Judul

Prolog :
Kota X, pertengahan September 1996

Suasana  sepulang  sekolah merupakan suasana yang  cukup  menyenangkan apabila  semua orang bisa memandangnya dari sudut pandang  Mitha.  Dan Mitha  menikmati  setiap  peristiwa yang  terjadi  di  depan  matanya, merasakan tawa yang keluar dari bibirnya ketika melihat seorang  siswa menjatuhkan   jajanannya  dari  kantung  tasnya,   dan   menggelengkan kepalanya  ketika  melihat  dua anak yang  saling  berpegangan  tangan menyusuri lorong-lorong kelas dan tersipu malu tatkala beberapa  siswa yang berkerumun menyoraki mereka. Indahnya cinta. "Mitha," sebuah suara menyapanya, "maaf aku membuatmu menunggu." Mitha menoleh  dan  melihat Gara berlari-lari  kecil  menghampirinya  sambil terengah-engah.  "Ah, ngga apa-apa kok." jawabnya sambil lalu, toh  ia menikmati suasana ini. "Yuk."  Gara  menggamit lengannya dan menggandengnya  menuju  parkiran sepeda motor di depan sekolah.
Mitha  membiarkan  angin  menyibak rambutnya saat  sepeda  motor  Gara menelusuri  jalan raya menuju ke rumahnya. Tangannya terjulur  memeluk pinggang  Gara  erat-erat,  tangannya yang lain  memegangi  helm  yang menutupi kepalanya supaya tidak terbawa oleh angin saat mereka melaju. Mendadak Gara memelankan laju sepeda motornya. "Mitha," Gara berkata lembut, "kita cari tempat untuk ngobrol yuk." Mitha  mendesah mengiyakan dan merasakan kegalauan yang sejak  kemarin mengamuk di hatinya semakin menjadi-jadi.
Gara   membelokkan  sepeda  motornya  memasuki  sebuah   gang   kecil, menelusuri jalanan sempit itu, dan berhenti di pekarangan sebuah rumah kecil  yang  rindang  ditumbuhi pepohonan. Mitha semakin  kacau.  Gara menurunkan penopang sepeda motornya, menunggu sampai Mitha turun,  dan melangkah  ke  arah teras rumah. Mitha menggenggam tali  tasnya  erat- erat, mencoba mengusir galau hatinya dan mengikuti langkah Gara. Mitha mendudukkan  dirinya di atas kursi taman di depan Gara duduk,  menatap lurus ke ujung-ujung sepatunya.

Nia

Salam kenal,
Nama saya Ray, umur 22 tahun dan belum lulus kuliah. Pengalaman hidup saya yang cukup beragam menjadikan saya seorang `maniak', entah apapun maksudnya. Hobby-ku yang selalu mengganggu adalah menggoda wanita manapun, asal umurnya sekitar 16 s/d 30 tahun, merayu mereka, dan membuat mereka terengah di bawah tubuhku. Aku tinggal di Surabaya, di sebuah rumah kontrakan di daerah Rungkut Harapan bersama kedua temanku. Jangan mengira-ngira siapa aku, karena mungkin hanya dua orang temanku itulah yang tahu setiap cerita yang telah kutuliskan dan mengenalku. Oke, masih ingat Kirani? Dia gadis ke-14 ku. Ahh, sekarang dia sudah pulang ke rumah papa mamanya di xxxxxxxxxx, dan terus terang saja aku agak nganggur, dan tidak mempunyai pelampiasan atas hobby-ku. Pakai tangan? Ah, mending tidak... hahahaha. Lalu kuputuskan, daripada nganggur abis menunggu gebetanku datang, bagaimana kalau aku menceritakan kepada kalian tentang ...
NIA (gadis keempat)
Surabaya, 1998
Waktu itu aku lagi sendiri. Aku baru saja (sekitar sebulan) berpisah dengan salah seorang gadis yang sangat kusayangi. Ah, aku sendiri heran, mengapa perpisahan yang kali ini membuat aku sedikit sakit hati. Hari-hari terasa sangat berat tanpa kehadirannya, bahkan akupun punya rasa sedih akan kehilangan seseorang (setidaknya itulah yang kupikirkan saat itu). Aku jadi semakin sering menelepon Enni (kekasih pertamaku) walau hanya sekedar menceritakan betapa aku merasa sangat sendirian. Mungkin kalian pernah merasakan (paling tidak sekali) serius menjalin hubungan dengan seseorang, dan, begitupula aku. Pathetic, untuk cowok sepertiku. Tapi, yah, terkadang perasaan tak dapat selalu ditipu, bukan ?
Suatu hari aku (karena menganggur sekali) menghabiskan waktu luangku di toko buku Gramedia, di jalan Kertajaya, sekedar membaca-baca buku. Soalnya di sana satu-satunya toko buku bermutu di mana kita bisa membaca gratis.

Kirani

 Introduksi buat yang belum kenal...
Kenalkan, panggil saja aku Raymond (Ray). Saat ini berusia 22 tahun, dan kuliah di sebuah universitas terkemuka di Surabaya, dan belum juga lulus, heuheuehueh. Nah, begini. Aku sama sekali tidak merasa diriku ganteng (bohong), pandai, ataupun alim. Aku mantan pecandu (hampir semua sudah aku coba) yang berhasil rehab (yang ternyata banyak sekali gunanya). Hampir setiap hari aku melakukan hub. seksual dalam bentuk bagaimanapun, dan maaf-maaf saja, aku tidak pernah melakukannya dengan perek ataupun pelacur, tapi perawan kampus maupun anak SMU, dan terkadang tangan kiriku. Hehehehehe... tidak percaya? Ah.. itulah sebabnya. Aku merasa beruntung dilahirkan dari sebuah keluarga menengah, yang sanggup membelikanku sebuah city-z dan m35 untuk bekal kuliah. Hanya modal itu? Tidak dong. Modal utamaku = MULUT dan OTAK! Mau tahu caranya? Coba kuulas pengalamanku baru-baru ini.

Kamis, 19 Mei 2011

Kenikmatan di Villa

Kejadian ini sebenarnya terjadi tahun 1999, bertepatan dengan ulang tahun pacarku yang ke 20. Pacarku bernama Maria, dia wanita blasteran Menado-Belanda. Tentu saja wajahnya sangat cantik, ukuran tubuhnya adalah, tinggi 172 cm, berat 55 kg, payudara 38B. Payudaranya sangat seksi dan besar, belum lagi kulitnya yang putih bersih. Pokoknya dia mampu membuat saya gemetaran. Aku sendiri berumur 25 tahun, ciri-ciriku adalah, tinggi 178 cm, berat 68 kg, kulitku sawo matang, dan aku berasal dari Jawa. Sebenarnya aku sangat beruntung mendapatkan Maria, tapi selama 4 bulan pacaran, aku tidak pernah menyentuhnya lebih jauh. Aku hanya memberikan ciuman dan pelukan, aneh bukan...? Tetapi itu semua karena gaya pacaranku memang demikian. Aku tidak ingin merusak pacarku sendiri.
Maria kekasihku adalah wanita yang sempurna. Dia selalu memakai baju-baju ketat dan terbuka. Tentu saja keseksian tubuhnya akan terlihat jelas dan membuat semua pria ingin melahap tubuhnya, apalagi aku sebagai pacarnya. Orang-orang pasti berpikir bahwa aku pernah menyetubuhinya. Itu semua tidak benar, karena aku selalu mengendalikan diriku dan selalu menolaknya jika dia mulai menggodaku dan bermesra-mesraan denganku. Penolakan itu ternyata berakibat fatal, karena Maria mulai gencar melakukan gaya-gaya yang membuatku bergairah. Aku mulai merasa dia menjadikanku sasaran kepenasarannya. Mungkin karena sikap dinginku kepadanya. Aku bisa melihat dengan jelas kedua mata indahnya itu seakan memelas agar aku mau menyentuhnya dan membawanya ke surga kenikmatan. Tetapi tetap saja aku tepis.
Hingga akhirnya, ketika Maria akan berulang tahun dan merayakannya hanya denganku. Dia menyuruhku datang ke villa keluarganya, tentu saja tidak ada siapa-siapa kecuali pembantunya. Lalu pada malam harinya, aku datang dengan membawa seikat bunga untuk Maria. Pembantunya mempersilahkan aku duduk di ruang tengah, sementara itu dia memanggil Maria majikannya. Tiba-tiba dalam kesendirianku, aku dikejutkan dengan ciuman yang mendarat di pipi kananku dari belakang. "Eh.., udah datang..!" ucap Maria sambil duduk di sebelahku.
"Iya.., met ultah sayangku..." jawabku sambil memberikan bunga yang kubawa untuknya. Kedua mataku sibuk memperhatikan Maria, karena penampilanya sungguh luar biasa. Dia cantik sekali dengan pakaian sackdress-nya. Aku tidak mempedulikan ocehan Maria, karena konsentrasiku kini pada tubuhnya yang sexy. Aku tahu kalau Maria tidak memakai BH karena putingnya tercetak jelas. Hampir saja aku menggigit lidahku karena disuguhkan pemandangan seperti itu.

Senin, 16 Mei 2011

Bercinta dengan Pengemis Buta

Sandra
Suatu siang yang panas, kulihat seorang pengemis didepan rumahku sedang berteduh dari teriknya matahari yang panas. Saat itu hanya ada bi Yem dan cucunya si No, kacungku. Mereka ada dibelakang sedang istirahat. Karena kasihan, aku berjalan ke pagar depan dan kubuka pintu pagarnya. Kupanggil dia untuk masuk "Pak, ...pak..., mari masuk sini pak, diluar panas sekali loh...".
Dia menoleh kearah suaraku, setelah kuperhatikan, ternyata dia buta. Jadi tambah iba aku padanya. "Mari pak, aku tuntun masuk ya...". Kutuntun dia untuk masuk kedalam, "Terima kasih ya nak...",
Perawakannya kurus, kotor dan bau. Dia hanya menggunakan sarung yang udah butut dan baju yang compang-camping. Tangannya selalu memegang tongkat kayu dari potongan ranting pohon. Sesampai di dalam, kududukkan dia ruang tamu dan kuambilkan segelas air minum yang dingin, dia cepat-cepat meminumnya.

Wina, (NYARIS) KUPERAWANI

Perkenalanku dengan Wina (nama sebenarnya), kasir restoran khas Sunda, ketika aku menyelesaikan bill makan siangku. Aku ngotot membayar makananku sendiri ke kasir (lazimnya dibantu oleh waiter) karena tertarik sama gadis belia ini. Wina, seperti mojang Priangan lainnya berkulit putih bersih. Tak begitu tinggi, dadanya sedang tak begitu tampak ukurannya sebab tersembunyi dibalik baju seragamnya yang "sopan", Rok 5 cm di atas lutut memperlihatkan kakinya yang indah mulus. Dalam percakapan singkat sewaktu membayar, aku sempat memberikan nomor telepon kantorku. Kenapa aku nekat melakukan ini karena sewaktu aku makan, kami sering beradu pandang. Matanya agak jelalatan memperhatikanku. Siapa tahu bisa berlanjut.
"Ditunggu teleponnya" bisikku sambil melangkah keluar. Wina hanya senyum tipis tak menyahut.
Seminggu berlalu, telepon kantorku berdering. Wina nelepon ! Sebenarnya, Aku sudah hampir melupakannya. Setelah berbasa-basi, aku mulai menjalankan rencanaku.

Minggu, 15 Mei 2011

Pengalaman Pertamaku

Natalia
Perkenalkan, sebut saja namaku Natalia atau lebih akrab dipanggil dengan Lia saja. Saat ini aku kuliah di universitas swasta terkemuka di Surabaya, aku mengambil jurusan perhotelan dengan alasan karena di masa yang akan datang pariwisatalah yang akan menjadi primadona pengembangan industri di dunia.
Saat ini aku baru semester dua, jadi masih lama aku lulusnya. Aku berasal dari pulau Kalimantan tepatnya di Banjarmasin. Sejak masa kanak-kanak hingga masa remaja/SMU aku habiskan di Banjarmasin. Karena itu ketika ortuku memperbolehkan aku kuliah di Surabaya, akupun tak menolak bahkan kegirangan. Karena aku jauh dari orang tua, maka aku pun mencoba hidup mandiri, apalagi kiriman uang dari ortuku sering lambat + sering kurang, dibandingkan kebutuhan hidupku sehari-hari di Surabaya ini. Oh yah, aku sampai lupa memperkenalkan ciri-ciri fisikku. Aku bertinggi 170 cm berberat 50 kg, mungkin bisa dibilang aku ini cukup kurus. Aku memiliki rambut yang panjang hingga ke pinggang, dan aku suka sekali dengan rambut yang berponi, sehingga kubiarkan saja poniku menutupi dahiku. Teman-temanku bilang wajahku ini mirip dengan Charlie Yeung, cuma saja Charlie Yeung tidak berponi sedangkan aku berponi. Menurut temanku aku juga punya ukuran buah dada dan pantat yang cukup besar dan berisi. Apalagi aku rajin sit up sesudah dan sebelum tidur, juga sering ikut fitness di salah satu tempat fitness terkemuka di kota Surabaya. Jadi tak aneh bila bentuk tubuhku dari atas hingga bawah padat dan berisi. Walaupun aku hanya memakai bikini saja, tak terlihat lemak-lemak yang bergelantungan di tubuhku. Jadi bisa dibilang aku ini memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan Britney Spears, yaitu buah dada dan pantat yang cukup besar dan full berisi.

Pacarku Di Genjot Sama Penjaga Kebun Tebu

Cerita seks ini mungkin sedikit aneh karena cerita ini adalah sebuah pengalaman dari seorang yang sedang bermain di salah satu kota besar di jawa barat. mungkin cerita ini bisa dijadikan sebuah pengalaman hebat yang sangat jarang terjadi lagi mungkin. Tapi semua hal pasti akan terjadi apabila waktu yang berkata. Siang itu saya dan pacar saya baru saja pulang dari sebuah tempat wisata dikota Bekasi dengan menggunakan motor. Karena perjalanan yg lumayan jauh pacar saya bilang mau buang air kecil dulu. Akhirnya saya memutuskan untuk menepi disebuah warung kopi.
Setelah pacar saya turun dia tanya ke ibu-ibu penjaga warung. “Bu Kamar mandinya sebelah mana ya?”. “Dikebun belakang ada kamar mandi dek, Tidak jauh kok cm sekitar 500m”. Jawabnya “Oh terima kasih bu” dan tak lama dia menoleh kepadaku “Sayang kamu pesen minum aja dulu aku agak mules jadi mungkin agak lama”. “Baik lah” saya menjawab sambil tersenyum. Setelah turun saya pesan minum dan sembari menunggu saya ngobrol dengan si ibu mengenai asal usul kami berdua. Sekilas tentang kami berdua. Kami masih sama-sama menempuh kuliah disalah satu PTS ternama dikota M*****.

Internet Friend 07

Kali ini Rini akan menceritakan tentang si Bule satu-satunya yang pernah bercinta dengan Rini. Namanya Andrew, orang Belanda berumur 34 tahun. Kebetulan dia datang untuk liburan. Rini bertemu dengannya sebagai teman, tidak ada maksud apapun karena Rini sudah tidak mau membodohi diri sendiri dengan harapan harapan kosong yang pernah ada. Jadi, boleh dibilang Rini bercinta dengannya berdasarkan suka sama suka (waktu itu Rini sedang goyah banget sih, tidak peduli pada diri sendiri lagi.., dan memandang rendah diri sendiri).
Andrew sangat tinggi, hampir mencapai 2 meter lebih. Rini hanya mencapai di bawah dadanya saja. Matanya biru langit (tapi Rini lebih suka mata biru laut yang kelam), warna rambutnya coklat muda dan wajahnya biasa-biasa saja.
Malam itu aku menemani dia minum di cafe hotel tempat di mana dia menginap di daerah Matraman. Hotel baru yang cukup nyaman. Nama hotelnya aku sudah lupa tuh.., sepertinya aku sedikit mabuk ketika mengikutinya ke kamar untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan, kami berencana ke HardRock cafe (aku belum pernah ke sana).

Internet Friend 06

Aku pernah bercinta dengan orang India. Namanya Ricky. Aku kenal dia dari net tentunya. Orangnya ramah dan tampan. Tidak seperti orang India pada umumnya, kulitnya bahkan lebih putih dari kulitku sendiri. Tapi seperti orang India pada umumnya, dia tinggi besar.
Ricky sama sajalah dengan cowok yang lain. Memberi harapan kalau dia akan membantuku, yang tentunya tidak pernah dia penuhi. Aku yang memang sudah putus asa, tetap saja tergoda dangan harapan palsu itu.

Internet Friend 05

Dalam petualanganku mencari bantuan dana untuk melunasi hutangku dengan teman internet bukan hanya dengan orang-orang dari manca negara. Orang lokal juga pernah. Aku ingat, namanya Rudy. Pertama kami hanya chatting biasa. Lalu dia mulai meneleponku di tengah malam. Kami bercinta via telepon. Suaraku yang katanya seksi sangat merangsangnya sehingga membuat dia ingin sekali bertemu denganku. Tapi aku menolak, karena dia sudah beristri. Saat itu istrinya baru habis melahirkan dan sedang isitrahat di rumah orang tuanya bersama bayi perempuannya. Tinggal dia sendiri di rumah.
Aku punya prinsip tidak akan mau menganggu cowok yang sudah berkeluarga ataupun sudah punya pacar. Pantang lah! Dia menawarkan bantuan yang tidak sedikit padaku jika aku mau bertemu dengannya dan membiarkannya melakukan anal, tentu saja aku menolak.

Internet Friend 04

Aku, Rini. pernah punya teman internet yang berusia setengah abad dan berakhir dengan bermain cinta. Malam itu aku di cyber café dan chatting. Dia yang duluan menyapaku. Ternyata dia orang Taiwan yang sedang business trip di Jakarta. Kami chatting sebentar. Pada saat itu aku sedang stres berat karena masalah hutangku. Seperti biasa layaknya cowok-cowok yang lain, lelaki setengah baya ini menawarkan bantuan. Dan seperti biasanya pula aku selalu percaya. Well, orang stres dan depresi selalu berharap walaupun sangat kecil kesempatannya. Kupikir, kalau dia mau berhubungan seks, yah kuberikan saja toh dia bukan orang yang pertama. Siapa tahu aku bisa dapat sedikit uang darinya. Ironis sekali pemikiranku saat itu.
Aku lupa namanya. Benar-benar lupa. Satu jam setelah chatting dengannya, aku pun berangkat ke hotelnya. Hotelnya dekat Mall Taman Anggrek. Seperti biasa, langgananku taxi Blue Bird yang sudah kuhafal mati nomor teleponnya.
Anggap saja namanya Tony. Pertama kali melihatnya, kesan yang kudapat adalah perutnya gendut sekali. Pasti berat menahan bebannya di atas tubuhku. Wajahnya terlihat keras dan tangannya besar serta kasar ketika dia menyambut tanganku untuk bersalaman. Langsung saja aku mengikutinya ke kamar hotelnya.
Sementara dia kembali sibuk mencari cewek-cewek Jakarta di internet, akupun nonton TV. Segera saja aku bosan karena dia sama sekali tidak mengajakku bicara. Sialan, aku dicuekin. Emang nikmat! Aku pun mengeluh ingin pulang saja. Segera dia matikan note book-nya dan duduk di sampingku, di bibir ranjang. Sambil berbicara mengenai dirinya sendiri yang sudah cerai dengan istrinya dan anaknya yang berusia belasan tahun sedang kuliah di luar negeri, tangannya yang kasar langsung saja meremas buah dadaku. Aku berusaha menghindarinya. Tak ingin rasanya aku disentuh olehnya.
Ketika aku hendak berdiri dan pergi meninggalkannya. Tiba-tiba dia menarik tanganku dengan kasar dan kuat. Dihempaskannya aku ke atas ranjang, segera dia menindihku dengan tubuhnya yang lumayan berat. Kedua tangan meremas buah dadaku dengan keras sekali, aku sampai merintih kesakitan. Tiada aku merasa nikmat sama sekali.

Internet Friend 03

Rini namaku (Bukan nama sebenarnya). Aku berasal dari Kalimantan Barat dari sekarang ini sudah pindah ke Jakarta bersama keluargaku. Aku kehilangan kegadisanku saat berusia 15 tahun (Well, dengan cowok pertamaku tentunya, alasannya klise, demi cinta). Aku ingat benar tiap cowok yang pernah berhubungan seks denganku. Setelah dua tahun meninggalkan cowokku yang pertama (dia cowok brengsek!), aku baru berhubungan seks lagi dengan cowok lain. Cowok kedua yang pernah menikmati tubuhku, adalah saudara sepupuku sendiri yang usianya 5 tahun lebih muda dariku. Dua tahun kemudian baru aku berhubungan kembali dengan cowok yang lain.
Cowok yang ketiga adalah teman internetku. Namanya Wayne. Orang Vietnam keturunan Chinese dan usianya setahun lebih tua dariku. Dia adalah teman internet pertama yang pernah menikmati tubuhku. Saat itu aku berusia 22 tahun, berada di Melbourne untuk kuliah. Aku suka sekali chatting dengan Wayne yang berada di Brisbane. Awalnya kami cuman ber-cyberseks-ria. Dia adalah 'pelanggan' tetapku. Setelah beberapa kali cyber seks, kami pun mulai berphone seks ria.
Setelah hampir dua bulan perkenalan kami, tiba-tiba saja dia mengirimkan tiket pesawat dan uang saku untukku. Katanya dia ingin sekali bertemu denganku. Kamipun sepakat bertemu di Gold Coast karena dekat dengan Brisbane. Beberapa hari menjelang keberangkatanku ke Gold Coast, kami bersepakat tidak akan ber-phone sex atau pun masturbasi biar pas ketemunya kami tambah hot.
Aku sedikit tegang untuk bertemu dengannya. Kami sama sekali tidak pernah saling mengirim photo. Hari itu, di Gold Coast, aku menunggunya di kamar motel di mana aku menginap. Lewat handphone, aku menelepon ke rumahnya dan ternyata dia belum pulang kuliah. Lalu sekitar setengah jam kemudian, handphone berdering. Terdengar suaranya ketika kuangkat, katanya dalam satu jam dia akan tiba di tempatku setelah kukatakan nama motel dan nomor kamarku.
Deg-degan rasanya menunggu detik demi detik, menit demi menit. Aku berusaha membayangkan dia itu jelek sekali sehingga aku tidak akan terlalu kecewa bila bertemu dengannya. Satu jam sudah berlalu tapi dia tidak kunjung datang. Di kamar motelku ada dua ranjang. Satu single bed dan satunya lagi double bed. Sepertinya kamar yang kutempati adalah untuk keluarga. Karena semalam aku tidak tidur sama sekali, akupun jatuh tertidur di atas single bed yang nyaman serta empuk.
Sekitar hampir setengah jam, tiba-tiba terdengar suara memanggil namaku. Kutahu dia setengah mengantuk, kusuruh ia masuk karena pintu kamar sengaja tidak kukunci. Belum sadar penuh, samar-samar aku melihat seorang lelaki masuk, melempar tasnya begitu saja langsung berjalan ke arahku. Yang kuingat kemudian, orang itu memelukku, erat sekali. Kubuka mataku lebar-lebar menatap wajahnya ketika dia selesai memelukku. Wajahnya ternyata cute dan alisnya tebal.
"Wayne?".
"Yah,.. Saya Wayne, kamu manis sekali Rin?"
Mendengar pujiannya aku cuman bisa tersenyum. Lalu ia pun pergi menutup pintu kamarku yang lupa ia tutup tadi. Sambil tersenyum simpatik dia menghampiri diriku lagi. Tiba-tiba saja dia mencium bibirku, diisapnya bibirku sehingga aku mendorong lidahku keluar, langsung saja dia mengisap lidahku begitu pula sebaliknya, aku memancing lidahnya masuk ke dalam mulutku sehingga dapat kuisap ke dalam mulutku. Lidahku suka sekali menjelajahi dalam mulutnya seakan-akan mengoda lidahnya untuk bereaksi dengan lidahku.
Wayne menghentikan ciuman kami dan ditatapnya buah dadaku. Kedua tangannya terangkat dan meremas kedua belah buah dadaku. Hatiku berdesir seakan disengat listrik ketika merasakan remasan tangannya. Dua tahun aku tidak disentuh oleh laki-laki, ini benar-benar bagaikan pertama kali saja. "Rin, payudaramu sungguh lembut dan besar!" pujinya membuatku terasa melayang apalagi jarinya menemukan putingku yang bereaksi dengan remasan tangannya. Nafasku mulai memburu begitu pula nafasnya.
Lidah Wayne menjelajahi leherku sambil tangannya masih meremas-remas buah dadaku. Tanganku tidak tinggal diam. Tangan kiriku meraba-raba dadanya lalu ke bawah, ke selangkangannya. Kuremas gundukan yang menonjol keluar dari celana jeans-nya. Wayne memutuskan untuk membuka kancing kemeja biru yang kukenakan. "Silakan, kalau kamu mau memandang langsung payudaraku!" bisiknya. Kubantu ia membuka kancing kemejaku. Aku memakai BH hitam waktu itu. Buah dadaku yang lumayan besar sepertinya akan mencuat keluar. Wayne membuka t-shirt dan celana jeans-nya dan hanya mengenakan kolor yang berwarna coklat. Ditarik tanganku dan didorongnya tubuhku ke atas ranjang yang lebih besar. Baru disadarinya kalau aku dari tadi ternyata hanya mengenakan pakaian dalam dan kemeja. Kini dengan pasrah aku berbaring di atas ranjang dengan pakaian dalamku saja yang berwarna hitam.
Dengan gemas dia menindihku dan menciumi belahan dadaku yang dalam. Tangannya meremas-remas pantatku. Dengan giginya dia melepaskan salah satu tali BH-ku. Putingku yang berwarna coklat muda pun mencuat keluar akhirnya. Seperti bayi saja dia langsung saja mengisap putingku dan digigitnya sehingga aku mengerang antara sakit dan nikmat. "Aakkkhh... hmm... Wayneee"
Tangan kanannya berpindah ke selangkanganku. Celana dalamku sudah basah karena cairan kewanitaanku. Tiga jarinya ditekan-tekan dan di gosok-gosok di antara selangkanganku. Benar-benar membuatku terangsang sekali. Sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah dadaku yang sebelah kanan. Buah dadaku yang sebelah kiri masih diisapnya dengan rakus. Setelah beberapa detik kemudian, dia melepaskan celana dalamku dan celana dalamnya juga. Tanganku segera meraih batang kemaluannya yang tidak begitu besar tapi tegak sempurna. Kugenggam erat batang kemaluannya dalam tanganku dan kuremas-remas. Kali ini aku mendengar dia mengerang nikmat, "Ooohh... Nikmat sekali"
Setelah itu dia pun membuka BH-ku. Membebaskan buah dadaku dari himpitan BH. Dibenamkan wajahnya di antara buah dadaku sambil lidahnya menjilat jilat. "Waynneee... hmm... oohh", kugigit bibirku menahan nikmat ketika jarinya menggelitik bibir liang kewanitaanku dan mulutnya sibuk menjilat dan mengisap putingku bergantian.
Melihat aku sudah begitu terangsang. Wayne segera saja memakai kondom, dibuka lebar-lebar kakiku dan ditusuknya batang kemaluan ke dalam liang kewanitaanku yang telah basah sekali. Pertama kali merasakan tusukan batang kemaluannya, aku benar-benar merasakan bagai disengat listrik. Baru kusadari, setelah dua tahun, aku benar-benar merindukan tusukan batang kemaluan dari seorang laki-laki di liang senggamaku. Aku dan dia sama-sama mengerang nikmat saat itu. Lalu yang kuingat, Wayne mulai menggerakkan badannya naik.. turun, naik.. turun. Setiap gerakannya benar-benar membawa nikmat bagiku. Lalu diangkat kakiku sehingga membebani kedua pundaknya. "Oooohh... uugghhmm", benar-benar nikmat sekali. Terasa sekali batang kemaluannya menusuk liang kewanitaanku dalam sekali.
"Ohh Rini... indahnya hidup ini.., kalau aku bisa bersetubuh denganmu terus! Ooohh... ini lebih indah dari telepon seks!"
Wayne terus saja mengenjotku dengan batang kemaluannya. Matanya merem-melek menikmati batang kemaluannya.
"Genjot terus.."
"Uggh.. uuuggghh... Ooouuuggh.. ugh.. uggh"
Gerakannya semakin cepat dan keras. Terdengar suara-suara 'basah' setiap buah pelirnya bertemu dengan lubang pantatku. Keringat kami mengucur deras. Buah dadaku bergerak naik.. turun, naik.. turun dalam himpitan pahaku disetiap genjotan Wayne.
"Riniii... oooh.. terus.., aku hampir sampai oouuuggh" Wayne segera menurunkan kakiku dari pundaknya. Tangannya meremas buah dadaku dengan keras sehingga aku menjerit kesakitan dalam nikmat. "Aarrrgghh.. waynee!"
Tubuh Wayne mengejang sebelum akhirnya jatuh lunglai di atas tubuhku. Kurasakan keringatnya dan keringatku bercampur aduk. Diciuminnya pipiku dan membiarkan batang kemaluannya mengecil di dalam liang kewanitaanku. Dengan sendirinya batang kenikmatannya pun permisi keluar dari liang senggamaku yang masih berdenyut-denyut minta ditusuk lagi. Malamnya kami kembali berseks ria lagi dan lagi.
Keesokkan siangnya, Wayne tampak tidak bersemangat melayani nafsuku. Katanya kepala batang kemaluannya rasanya sakit sekali. Aku tidak kehabisan akal. Aku ingat ketika aku sakit gigi, aku suka sekali memakai es batu untuk mengusir rasa sakit walaupun cuma sebentar. Kuambil es batu dari lemari es dan kutaruh semuanya di atas mangkuk.
Wayne sudah bugil saat itu dengan batang kemaluannya yang sudah tegang. Kumasukkan salah satu es batu dan kugigit-gigit sehingga hancur di dalam mulutku. Lalu lidahku yang dingin pun menjilat batang kemaluannya. Kulihat Wayne gemetar dibuatnya. "Dingin!. ooohh... apa yang kamu lakukan!" tanyanya. Aku tidak menjawab. Hanya tersenyum dan meneteskan air es ke atas kepala kemaluannya lagi. Lalu kujilat, jilat, jilat dan jilat dengan lidahku yang mulai hangat lagi. Kumasukkan bongkahan kecil es batu ke dalam mulutku, lalu tiba-tiba saja kuisap batang kemaluannya ke dalam mulutku. Wayne merintih nikmat. "Oohh Rinnn that.. really so uuuggh.. niceee"
Aku terus saja mengisap dan menjilat batang kemaluan Wayne dengan es batu di dalam mulutku. Wayne terus saja merintih dan mengerang nikmat tiada hentinya. Jariku yang dingin bekas air es menyentuh pelirnya dan meremas lembut. Wayne mengerang tambah gila saja. Tangannya meremas kuat sekali pada bantal dan sprei. Kakinya mengejang terus-menerus menahan nikmat yang kuberikan dari mulutku yang dingin.
"Feeling better?" tanyaku iseng sebelum memasukkan es batu yang lain ke dalam mulutku. Wayne hampir saja tidak dapat menjawab, "Eeehh yes" jawabnya susah payah karena aku kembali mengisap batang kemaluannya dengan batu es yang masih utuh di dalam mulutku. Gerakan kepalaku kali ini kupercepat naik turun. Tanganku terus saja memijit-mijit pelirnya. Nafas wayne semakin berat dan memburu. Aku tahu dia sudah mau keluar. Kuperlambat isapanku lalu kupercepat lagi. Mempermainkan batang kemaluannya seperti itu benar-benar membuatku tambah gemas dan terangsang saja.
"Rinn.. cepat hisap.." mohon Wayne akhirnya aku mempercepat isapan batang kemaluannya. Kutarik keluar batang kemaluannya dari mulutku dan kuisap masuk lagi. Kubiarkan mulutku kehabisan es batu. Kuberanikan diri menelan cairan es batu yang bercampur dengan cairan batang kemaluannya yang asin. Sungguh, baru pertama kali ini aku menikmati melakukan oral seks. Terhadap mantanku, aku tidak pernah menyukainya.
"Uuuhhgg.. ooohh yesss.. uugghh.. ooohh.. oooh.. arrghh.. arrgh", rintihan Wayne semakin tidak beraturan saja, tapi aku terus saja mengisap batang kemaluannya dengan mulutku yang mulai hangat, "Oooh.. hisap sekarang!"
Kaki Wayne mengejang tegang dan batang kemaluannya yang berada di dalam mulutku bergetar. Aku mengambil inisiatif terus mengisapnya. Air maninya menyemprot keluar dalam mulutku. Kuputuskan untuk menelannya. Ah, ternyata rasanya nikmat juga, seperti air kelapa saja cuma agak asin. Kuisap habis air maninya tidak setetes pun yang lolos dari jilatanku.
Kupanjat tubuh Wayne dan tersenyum puas padanya. Aku puas dapat memuaskannya. Diciumnya bibirku. Lima belas menit kemudian, batang kemaluannya tegang lagi dan kali ini batang kemaluannya ditusukkannya ke dalam liang kenikmatanku dari belakang. Empat hari dengan Wayne, tiada hari tanpa seks. Aku sering memberikannya blow job dan dia pun sering menyiksa nikmat liang kewanitaanku dengan jari dan batang kemaluannya. Memang setelah berkali-kali kami bercinta, cuma sekali aku mencapai puncak. Saat itu posisinya aku yang di atas menaiki tubuhnya. Tapi bercinta dengan Wayne adalah salah satu petualanganku yang murni karena aku berseks ria dengan rela dan sepenuh hati. Bukan lantaran kepingin ditolong untuk melunasi hutangku (pada saat itu aku belum punya hutang). I really enjoy it. Wayne sekarang sudah menikah dan tinggal di Sydney.


Internet Friend 02

Di ceritaku yang terdahulu, aku bercerita tentang Francis, salah seorang teman internetku. Kali ini teman internetku yang lain, namanya Wong. Dia adalah teman internetku dari Malaysia, JB. Aku mengenalnya pada awal tahun 1998 dan bertemu dengannya setahun kemudian.
Ayahnya seorang yang cukup berada, makanya aku mengharapkan dapat meminjam uang darinya. Karena hutang yang melilitku benar-benar membuatku menemui jalan buntu. Sementara itu aku belum juga mendapat pekerjaan.
Wong usianya setahun lebih tua dariku. Sebelumnya aku sempat menjadi cybergf-nya. Tapi kemudian memutuskanku setelah 4 bulan kami bersama secara cyber. Terus terang saja, dia sering menelponku dari Malaysia ke Jakarta hanya untuk telepon seks denganku.
Di pertengahan tahun 1999, dia datang ke Jakarta menemani tamu ayahnya, entah dalam rangka apa. Dia menginap di salah satu hotel terkenal di Jakarta. Seperti layaknya aku menemui Francis dulu, tengah malam aku menunggunya di lobi hotel. Kami bertemu di lobi hotel tempat dia menginap. Kulitnya sedikit gelap untuk keturunan Chinese, well, aku pun demikian. Badannya tegap namun sedikit gemuk. Wajahnya tidaklah terlalu tampan.
Setelah menyalamiku, dia pun mengajakku ke kamar hotelnya. Kutahu apa yang akan terjadi dan aku bersedia menerima resikonya. Yang penting bagiku adalah mendapatkan sedikit pinjaman darinya. Gayanya yang begitu sombong tidak kupedulikan.
Di kamarnya kami nonton TV sambil ngobrol di atas sofa. Kamar yang di tempatinya cukup luas. Suasana begitu kaku sampai akhirnya dia menyuruhku melepaskan jaket kulitku (saat itu aku mengenakan jaket kulit, t-shirt dan jeans warna hitam). Aku pun melepaskan jaketku. Kutangkap matanya menatap buah dadaku yang ukurannya memang lumayan besar tapi kucuekin saja.
Dia mulai menanggalkan celana panjangnya yang berwarna coklat. Tinggallah celana pendek. Kemudian dia duduk lagi di sampingku. Kami kembali membicarakan tentang hutangku. Dia bilang akan mempertimbangkan akan membantuku atau tidak. Aku cuma bisa tersenyum kecut. Ingin rasanya aku menangis tapi kutahan.
Wong mengeluh merasa letih. Ditariknya tanganku mengikutinya ke atas ranjang. Dia minta aku memijitnya. Kuikuti keinginannya. Tubuhnya menelungkup di atas ranjang kemudian kedua tanganku mulai memijitnya.
Sekitar 15 menit aku memijat punggung, leher dan kakinya sampai akhirnya dia bilang cukup. Aku hendak beranjak kembali ke sofa, tapi tangannya menarikku kembali ke ranjang hingga tubuhku jatuh ke sampingnya. Akhirnya kubiarkan diriku berbaring di sampingnya sambil mataku menatap TV yang masih menyala. Aku pura-pura menikmati film yang sedang ditayangkan. Kurasakan dia mulai mendekapku selayaknya aku ini guling. Tangannya meraba buah dadaku. Jari-jarinya berkeliling di sekitar buah dadaku mencari putingku dan dia menemukannya. Karena putingku bereaksi dengan remasan tangannya atas buah dadaku.
Mataku tetap kutumpukan pada TV. Ia mulai mengesek-gesekkan batang kemaluannya ke pahaku. Nafasnya mulai memburu dan lidahnya mulai dimainkanya ke telingaku. Tanpa kuinginkan aku merasa cairan hangat keluar dari liang kewanitaanku menembus celana dalamku. Sepertinya aku mulai terangsang, apalagi jari-jarinya mulai meremas dan memilin putingku yang mengeras. Sepertinya dia tahu aku mulai terangsang. Tiba-tiba dia menciumku dengan mulutnya yang bau rokok. Lidahnya dijulurkannya sehingga mau tidak mau aku pun mengisap lidahnya. Wong melenguh, batang kemaluannya terus digeseknya ke pahaku. Aku merasakan batang kemaluannya sudah mengeras dan makin besar saja. Aku merasa tubuhku gemetaran karena terangsang. Dia menindihku dan menyingkap t-shirt-ku menutupi wajahku.
Tiba-tiba aku merasakan Wong menggigit putingku. Aku mengerang pelan kesakitan. Wong menarik 'piring' BH-ku ke bawah lalu yang kurasakan kemudian lidahnya dengan lincah menjilat-jilat putingku. Nafasku jadi semakin berat dan memburu. Rangsangan yang kudapat sungguh tidak terhingga enaknya. Lidahnya begitu kuat menjilat putingku bergantian. Dia mulai mengisap putingku, ditariknya putingku sembari terus mengisap. Aku mengerang nikmat, "Ohmm... uggghhm....."
Tidak lama kemudian dia berhenti mengisap putingku. Yang kutahu kemudian dia melepas celananya dan celana jeans-ku. Kami berdua telanjang bulat di atas ranjang yang empuk. Diremasnya buah dadaku dengan ganas sebelum mulutnya kembali melahap putingku bergantian. Dipeluknya diriku dan membalikkan badan sehingga kami berubah posisi.
Kini giliran tubuhku yang menindih tubuhnya. Instingku memberitahukan aku harus melayaninya. Kutarik putingku keluar dari mulutnya meskipun ia masih asyik mengisapnya. Aku mencium lehernya, putingku menyentuh puting kecilnya. Wong segera mendekapku. Kudorong tubuhnya setelah kuberikan cupang dekat bahunya. Lidahku berpindah memainkan putingnya. Kutekan lidahku ke puting susunya yang kecil mungil itu dan kujilat.. jilat.. jilat .. jilat dan isap.. isap.. isap. Kugigit putingnya pelan sambil jari kukuku sibuk menggaruk puting satunya. Kudengar dia mendesah keenakkan. Batang kemaluannya yang menyentuh perutku terasa makin tegang saja. Kucuekin batang kemaluannya untuk sementara selagi aku asyik mempermainkan putingnya.
"Hisap dong batang kemaluanku! ooohh", terdengar desahannya memintaku mengisap batang kemaluannya. Lidahku pun berpindah menjilat kepala kemaluannya. Baunya khas. Kujilat kepala batang kemaluannya. Kuisap kepala kemaluannya ke dalam mulutku. Lalu kudorong lidahku ke lubang spermanya. Tanganku meremas buah pelirnya pelan seakan-akan memijit. Aku tidak ingin bermain terlalu lama dalam oral seks kali ini. Aku segera merangkak ke atas tubuhnya, setengah berlutut di atas badannya. Kuarahkan batang kemaluannya mendekati liang kewanitaanku yang sudah basah sejak tadi. Tidak langsung kumasukkan, kugunakan kepala kemaluannya menggaruk-garuk bibir kewanitaanku dulu sehingga membuat Wong tambah terangsang dan merem-melek dibuatnya.
"Rin... Kita mulai yuk!" serunya, tiba-tiba mengangkat pantatnya sehingga batang kemaluan menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku. Bersamaan kami menjerit nikmat. Kudiamkan sebentar batang kemaluannya di liang kewanitaanku, lalu aku mulai mengangkat pantat sehingga batang kemaluannya mulai meninggalkan liang kewanitaanku dan kuturunkan pantatku lagi hingga batang kemaluannya masuk lagi menerobos masuk ke liang kewanitaanku yang hangat.
Aku mulai mengerakkan pantatku naik turun, buah dadaku yang besar juga naik turun, naik turun mengikuti gerakanku. Batang kemaluannya terus masuk.. keluar.. masuk.. keluar.. masuk.. keluar liang kewanitaanku. Gerakanku sengaja kulambat-lambati tapi kemudian akupun mempercepat gerakanku. Tangannya meremas pantatku sambil menolongku mempercepat genjotanku.
"Arrhh.. ooh.. oooh... ooohh.. yah.. ooohh... goyangin.. oooh..Riniii...kuperkosa kamu sekarang .. .arrrgghh... uugughh.. arrrgh!"
Wong terus mengerang keenakkan. Salah satunya meremas buat dadaku dan mencubit putingku. Ketika sedang asyik-asyiknya aku merasakan batang kemaluannya di dalam liang senggamaku, tiba-tiba Wong mengangkat pantatku, dilemparkannya tubuhku ke samping. Segera ia mengocok batang kenikmatannya dan spermanya keluar menembak ke arah perutku. Kulihat tubuh Wong mengejang. "Ooohhrrrh!", rupanya dia tidak mau aku hamil karena waktu itu kami tidak memakai kondom. Segera dia bangkit langsung ke kamar mandi membersihkan badannya. Setelah itu aku pun ikut membersihkan tubuhku. Di kamar mandi aku menangis tanpa suara, kugosok sabun berkali-kali membersihkan tubuhku. Betapa aku merasa hina dan kotor.
Setelah aku kembali berpakaian, Wong langsung menanyakan jam berapa aku akan pergi. Aku merasa tersinggung sekali hampir saja aku kembali menangis tapi berhasil kutahan. Aku bilang aku akan pergi menjelang pagi. Wong berjanji dia akan menghubungiku sebelum kembali ke Malaysia. Kuiyakan dengan anggukan kepala.
Wong memang meneleponku sebelum dia kembali ke Malaysia, JB. Katanya, dia baru akan membantuku kalau aku benar-benar sudah kepepet sampai ke pengadilan. Kembali lagi, aku cuman bisa tersenyum kecut.


Internet Friend 01

Anggap saja namaku Rini. Tahun ini aku berusia 25 tahun. Pertualangan cintaku cukup banyak, setidaknya menurutku. Kebanyakan cowok-cowok yang pernah bercinta denganku kukenal dari internet. Salah satunya bernama Francis, dia berumur 30 tahun, orang Singapore yang datang ke Jakarta untuk bisnis. Aku mengenalnya cukup lama via internet sebelum bertemu dengannya. Saat itu aku sedang kesulitan keuangan (sekarang pun sebenarnya masih) dan dia menawarkan bantuan. Maka dari itu aku tidak keberatan ketika dia minta bertemu di kamar hotelnya setelah ia selesai meeting dengan partnernya. Saat itu umurku sekkitar 23 tahun.
Setelah kutunggu-tunggu akhirnya teleponku berdering menjelang tengah malam. Ternyata dari Francis. Sebetulnya dia kurang setuju aku ke hotelnya sendirian pada tengah malam begitu. Tapi kuyakinkan dia bahwa aku telah terbiasa keluar malam dan taksi yang kugunakan adalah taksi yang terkenal amannya, Blue Bird.
Menjelang jam satu subuh aku tiba di hotel tempat dia menginap. Hotelnya terletak daerah Slipi. Tidak terbayangkan olehku kalau Francis orangnya cukup tampan, tinggi dan putih bersih. Senyumnya yang khas sempat membuatku simpatik padanya. Kami pun ngobrol di dalam kamarnya yang lumayan luas. Pertama dia sibuk dengan note book-nya mengerjakan perkerjaannya, sedangkan aku duduk di atas ranjang asyik dengan acara TV yang 24 jam. Setelah dia selesai dengan pekerjaannya, dia pun menfokuskan perhatiannya kepada ceritaku. Bagaimana aku bisa kesulitan uang dan berhutang hingga berpuluh juta. Aku bercerita sampai aku menangis. Dia pun memelukku menenangkan diriku.
Tidak lama kemudian, dia permisi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Sebelumnya dia mengenakan jeans dan kaos oblong. Dia hanya mengganti celana jeans-nya dengan celana pendek. Dengan santai ia membaringkan dirinya di atas ranjang sembari memelukku. Lalu aku mulai bercerita tentang masa laluku yang cukup kelam. Bagaimana aku merasa canggung orang memperlakukanku karena aku mempunyai payudara yang cukup besar (36C). "Sebesar itukah payudara kamu?", tanyanya setelah aku menjawab pertanyaannya mengenai ukuran BH-ku. Aku tersenyum dan mengangguk. "Boleh aku melihatnya?" Kutarik leher kaos oblongku hingga ia dapat mengintipnya sedikit. "Wow, emang besar!", decaknya, akupun tertawa. "Ada orang punya yang lebih besar dariku dan lebih indah!", tanyaku penasaran. "Setidaknya payudaramu yang terbesar yang pernah kulihat!", gelaknya, lalu mulai lancang meremas payudara kiriku dengan tangan kanannya. Aku tidak menepis tangannya malahan merapatkan diri. Reaksiku membuat dia tambah berani. Dia mencium bibirku dan lidahnya dengan lincahnya masuk mempermainkan lidahku. Kusambut ciumannya tidak kalah hotnya. Kunikmati sentuhan yang ia berikan pada payudaraku. Jarinya mulai meremas putingku.
"Ohmm" aku mulai merintih nikmat. Kurasakan celana dalam yang kukenakan di balik celana jeans-ku mulai basah. Dengan bantuannya aku melepaskan kaos oblongku dan dia pun demikian. Aku merasakan hangatnya kulitnya ketika kulit kami bersentuhan. Ditariknya salah satu tali BH-ku ke bawah sehingga salah satu putingku menyembul keluar menantang di matanya. Langsung saja dia melahap putingku dengan mulutnya. Putingku dihisapnya dan dimain-mainkan dengan lidahnya. Aku pun merintih lagi dan meremas rambutnya. "Ohh.. Francisss.. nikmat sekali.. oohh."
Putingku yang satunya tidak lolos dari remasan tangannya. Aku mulai meronta kegelian dan kenikmatan. Tanganku pun turun menelusuri punggungnya sebelum akhirnya menyentuh tonjolan panjang di balik celana pendeknya. Kuremas batangan itu dengan gemas sehingga membuat ia mulai mengeluh nikmat. Ditepisnya tanganku dan untuk sesaat ia menatapku sambil terus mengulum dan mengisap putingku. Tangannya melepaskan kaitan BH-ku, lalu bebaslah payudaraku dari BH. Dengan ganas ia terus menjilat, mengulum dan mengisap putingku bergantian. Bahkan dengan kedua tangannya dia menyatukan kedua putingku dan dihisapnya bersamaan.
"Ohhmm ooohh.. " aku pun merintih lagi dan lagi. Kurasakan selangkanganku makin basah dan geli saja. "Buka celana jeans kamu!", perintahnya setelah berhenti 'menyiksa' putingku. Nafasku memburu dan segera saja kuturuti perintahnya. Selagi aku membuka celana jeans-ku dia pun menarik turun celana pendeknya disertai celana dalamnya. Terpampang di hadapanku batang kemaluannya yang sudah mengacung panjang. Walau sedikit kurus, batang kenikmatannya lumayan panjang. Entah berapa centi.
Tanpa berkata apa-apa dia menyodorkan batang kenikmatannya ke wajahku. Mengetahui apa yang di inginkannya.. kujulurkan lidahku dan mulai menjilat kepala kemaluannya. Dia mulai merintih keenakan setelah lidahku dengan lincahnya menjilat sekitar lubang kencingnya. Kudorong ujung lidahku ke lubang kencingnya sambil jari-jariku menggelitik daerah pantat dan pahanya sehingga membuat dia gelinjang geli nikmat.
Ketika dia menikmati jilatanku. Tiba-tiba saja kuhisap batang kenikmatannya masuk ke dalam mulutku dengan kencang. Dia mengerang", Oohh... Riniii.. eeenak sekaliii..." Aku tersenyum dan menarik batang kemaluannya keluar dari mulutku sambil masih mengisapnya. Lalu kuhisap masuk lagi ke dalam mulutku. Kugerakkan kepalaku maju mundur sehingga batang kenikmatannya masuk keluar, masuk, keluar.. masuk .. keluar dari mulutku. Aku menikmati kemaluannya karena baunya bersih dan menyenangkan. Rambutku diremasnya sambil mengerang nikmat. Karena selain mulutku mengisap dan mengulum batang kenikmatannya. Tanganku sibuk meremas buah pelirnya dan tanganku yang satunya sibuk meraba-raba, menggelitik sekitar lubang pantatnya.
"Ohh Riniii.." mendengar rintihannya membuatku bertambah semangat saja. Lidah kudorong masuk ke dalam lubang kencingnya selagi kuhisap batang kemaluannya. "Ayo dong kita langsung mulai!", serunya menghentikan kegiatanku. Dia menindih tubuhku. Di hisapnya lagi putingku sambil tangannya meraba celana dalamku. "Oooh Rini.. kamu basah sekali." bisiknya sambil menyelusup jari-jarinya ke dalam celana dalamku menyentuh liang kewanitaanku yang memang sudah basah sejak tadi. Jari tengahnya mulai memainkan klitorisku.
"Ohh.. Uhhmm.." Aku mulai merintih keenakan. Entah kapan tiba-tiba saja celana dalamku sudah dibukanya. Batang kemaluannya diarahkan ke liang kewanitaanku yang sudah mekar dan berdenyut minta dimasukin batang kemaluannya. "Ohh... yah.. setubuhi aku.., cepat! " pintaku. Dengan sekali dorong batang kenikmatannya sudah masuk ke dalam liang kewanitaanku. "Oohh!", aku seperti merasakan terkena strum saja ketika batang kemaluannya masuk ke liang kewanitaanku. Francis mulai memompa batang kemaluannya, masuk.. keluar.. masuk.. keluar liang kewanitaanku. Aku pun merintih semakin jadi, "Arrh... arrrgh.. arrrhh.. oooh yesss.. uhmm arrh arrh.. arh.. arh.. arhhggghh... arrgghh." Payudaraku bergoyang seiring Francis memompa liang kewanitaanku dengan batang kemaluannya.
"Yesss.. ohh yes.. Riniii.. ugghh.. uuggghh. ugghh... lubangmu memang nikmat bangett. uugh.. uughh.. uuggghh." Francis tidak kalah diam. Mulutnya terus saja melenguh keenakan. Lima belas menit kemudian dia mempercepat genjotannya. Kutahu dia sudah akan keluar. "Busyet!.. akuu sudaah mau keluar.. uugh.. ughh.. yesss.. oohh yes!" Aku merasakan tubuhnya menegang dan batang kemaluannya menembakkan air mani ke dalam liang kewanitaanku. Batang kenikmatannya seolah bergetar di dalam liang kewanitaanku. Tidak lama kemudian tubuhnya pun jatuh lunglai di atas tubuhku. Kujepit batang kemaluannya dengan liang kewanitaanku sehingga membuat dia gemetaran untuk beberapa detik.
"Maaf... aku tidak dapat memuaskanmu", katanya setelah menggulingkan tubuhnya ke sampingku. Aku tersenyum padanya, "Tidak apa-apa kok!", bisikku penuh pengertian, toh dia bukan laki-laki pertama yang tidak dapat memuaskanku. "Ohh Rinii.. kamu terlalu pengertian!", ujarnya lalu memelukku setelah akhirnya kami berdua jatuh tertidur.
Permainan tidak hanya sampai di situ. Sekitar jam 4 subuh tiba-tiba aku merasa tangannya meraba dan meremas payudaraku lagi. Aku pura-pura tidur pulas. Lidahnya mulai menjilat dan mengulum kedua puting susuku secara bergantian. Mau tidak mau aku mulai merintih keenakan tapi mataku masih tertutup rapat. Tiba-tiba saja dia langsung memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang belum cukup basah. Aku mengerang antara kesakitan dan nikmat. Francis tidak peduli, sepertinya dia terangsang sekali menyetubuhiku selagi aku tidur. Gerakannya sungguh tidak beraturan kadang cepat kadang lambat, membuatku kelimpungan nikmat. Batang kemaluannya seperti sedang mempermainkan liang kewanitaanku. Lama-kelamaan liang kewanitaanku bertambah basah. Genjotan Francis begitu keras dan semakin cepat. Tangannya meremas payudaraku sambil terus menggenjot liang kewanitaanku dengan batang kemaluannya. Nafasnya semakin memburu dan memburu. Tiba-tiba tubuhnya menegang dan spermanya pun menyemprot keluar dalam liang kewanitaanku. Mau tidak mau aku menjerit karena ketika dia keluar, payudaraku diremasnya dengan kuat sekali. Kurasakan lagi tubuhnya gemetaran sebelum akhirnya jatuh menimpa tubuhku.
Jam 7 pagi aku pun kembali ke rumah (aku tinggal sendirian). Sejak itu, tidak ada berita darinya. Bantuannya tidak pernah datang. Sepertinya aku dikibulin lagi. Aku merasa jijik pada diriku sendiri. Hutang yang melilitku benar-benar telah mengubah jalan hidupku.

I've Been Waiting For You

Namaku adalah Sarah Campbell. Aku sebenarnya bukan orang Indonesia asli jika anda melihat dari nama asliku. Ayahku berasal dari Australia dan ibuku juga sama halnya seperti aku. Dia juga campuran dari belanda dan Indonesia, tetapi bahasa Indonesia-nya fasih sekali tidak seperti ayahku yang hanya bisa mengerti bahasa Indonesia tetapi tidak bisa berbicara bahasa Indonesia. Aku memiliki hobby menonton film horror dan banyak sekali film favoritku yang mungkin bisa sekitar 1000 judul yang tidak bisa kuceritakan satu persatu di sini.
Wajahku cukup cantik menurut orang-orang. Menurut saudara sepupuku, wajahku mirip sekali dengan Neve Campbell dan mungkin karena itu orang tuaku memberi nama Campbell di belakang namaku atau karena ayahku bernama Campbell, aku sendiri tidak tahu. Aku memiliki tubuh berukuran 170 cm dan cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan, payudaraku berukuran 36B dan sungguh kontras dengan rambutku yang berwarna kuning keemasan. Banyak sekali laki-laki di kampusku yang mengejarku, mungkin karena aku satu-satunya bule di kelasku. Aku sendiri tidak tahu.

Ambisi Wijaya side story

Cerita ini merupakan cerita fiksi tambahan setelah Raden Wijaya membangun kerajaan Majapahit yang dikenal diseluruh dunia sebagai satu-satunya kerajaan yang berhasil menahan serangan dari tentara terkuat di dunia, Mongolia.
Setahun setelah Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit, kerajaan raksasa Mongolia mengalami keruntuhan dimana pasukannya dikalahkan diseluruh dunia. Puluhan kerajaan baru bangkit dan berlomba untuk menjadi yang terkuat. Salah satunya adalah kerajaan Ming dari China yang berhasil menjajah kembali negeri Mongolia serta menciptakan kekuatan yang ditakuti diseluruh kawasan Asia timur maupun Asia tengah. Raden Wijaya sebagai penguasa negeri terkuat di Asia tenggara diundang oleh Kaisar Cu Len Zhang dari kerajaan Ming untuk menghadiri pesta besar atas keberhasilannya dalam membangun kembali negeri China yang kuat.
Raden Wijaya ditemani oleh jendral besar Chen Mien dan dua ratus tentara karena Chen Mien lebih mengenal situasi daerah di negeri China dibanding denga siapapun juga. Sedangkan kerajaan Majapahit sendiri dijaga oleh tangan kiri Raden Wijaya, jendral Suwongso. Setelah rombongan Raden Wijaya tiba di pelabuhan Nanjing, ia disambut oleh panglima Lee dengan hormat. Raden Wijaya dibawa ke kota Ce Jing Zhen atau disebut juga kota terlarang (kota ini sekarang menjadi Beijing). Terlihatlah sebuah istana yang sangat besar dan menyerupai sebuah kota. Saat pintu gerbang dibuka terlihatlah rumah-rumah besar. Saat itu juga banyak rombongan lain yang tiba seperti rombongan dari negeri Korea, Jepang, India, Persia, Thailand, Burma, Annam (negeri Vietnam dulu), Srilanka, dan Tibet.

Ambisi Wijaya bag.10

Beberapa bulan setelah kerajaan Majapahit didirikan, bahaya besar pun datang. Lima belas ribu tentara yang dipimpin oleh Meng Chi datang dengan ganasnya. Chen Mien sendiri mempunyai ide aneh yang bisa menghancurkan serangan itu dalam semalam.
Akhirnya perang pun dimulai. Seratus ribu tentara dipimpin oleh Raja Wijaya sendiri berperang dengan gagahnya, namun banyak yang terbunuh karena tentara Mongol sangat ganas dan kuat. Raja Wijaya langsung kabur ke dalam hutan setelah semua tentaranya tercerai belai. Meng Chi langsung memimpin seluruh tentaranya untuk menyerang ke dalam hutan. Karena tentara Wijaya tersisa sedikit maka dalam sekejap mereka semua menghilang didalam hutan. Pasukan Meng Chi semua masuk hingga ke tengah hutan dan tersesat. Tiba-tiba terdengar suara ledakan. Ternyata bubuk meriam yang dibawa Meng Chi dibakar. Seluruh hutan terbakar dan pasukan Mongol kocar-kacir. Meng Chi terpaksa harus masuk ke bagian hutan lebih dalam lagi.
Dimalam yang gelap gulita ratusan anak panah beracun dilepaskan oleh tentara Majapahit dan membunuh ratusan tentara Mongol. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, semakin mereka tercerai berai didalam hutan, semakin parah kerusakan dalam tentara yang mereka alami. Banyak tentara yang mati terkena ranjau seperti bambu tajam yang tersembunyi didalam tanah, atau kayu besar berduri yang jatuh dari atas phon besar. Meng Chi akhirnya memerintah semua tentara untuk bergabung kembali dan kabur.

Ambisi Wijaya bag.9

Pada malam rapat militer berikutnya Jendral Wijaya mengadakan misi rahasia untuk membunuh Jendral Subodai. Apabila misi itu berhasil maka tentara Mongol akan semakin liar dan membabi buta tentara Kediri, dan juga kepemimpinan atas semua tentara akan digantikan oleh Meng Chi. Panglima Meng Chi telah diketahui oleh WIjaya sejak dahulu bahwa kedatangannya kedua kali-nya ke Nusantara adalah untuk menjadi raja sendiri dan membelot kepada Khan (sebutan untuk kaisar di negeri Mongol).
Maka misi pun dijalankan. Akhirnya dipilihlah seorang wanita cantik untuk ditugaskan pada misi itu. Wanita itu pernah tinggal di negeri Hojo (nama kerajaan di Jepang pada waktu itu) selama dua tahun dan belajar ilmu ninja. Wanita itu keturunan bangsawan dari tanah Jawa. Keluarganya dibantai oleh tentara Kediri dan sekarang adalah tiba saatnya untuk membalas dendam. Wanita ninja ini tahu kalau misinya sangatlah penting dan berbahaya, karena apabila sukses, maka kerajaan Kediri ditafsirkan akan runtuh dalam waktu kurang dari sebulan. Akhirnya berangkatlah wanita itu.

Ambisi Wijaya bag.8

Lalu saat ia ingin mengeluarkan kerisnya seorang tentara memanah tangannya sehingga keris itu jatuh ke tanah, tiba-tiba di depannya muncul Jendral Subodai. Subodai langsung mencekik Sanjaya dan mengangkatnya ke udara dengan satu tangan. Dalam keadaan tercekik, Sanjaya berkata dengan suara terbata-bata,
"Siapakah... kalian... sebenarnya?".
Subodai menjawab,"Orang lemah sepertimu seharusnya membusuk di neraka saja."
Lalu cekikan itu bertambah keras, dan menghancurkan leher jendral itu. Darah bercucuran keluar dan menetes di wajah Subodai. Lalu jendral Mongol itu menjilati darah yang berada dimukanya. Hal itu membuat Suwongso terdiam dan tidak dapat berbuat apa-apa, tiba-tiba ia dikagetkan oleh tentaranya, karena sebagian tentara jatuh pingsan dan beberapa diantaranya mati ketakutan. Panglima Suwongso sekarang baru sadar mengapa pada malam sebelumnya ia dilarang oleh panglima Chen Mien untuk datang ke daerah itu.
Akhirnya benteng pun direbut, namun tentara Mongol itu langsung membakarnya, Suwongso menjadi binggung karena benteng itu dibangun didaerah yang cukup strategis untuk bertahan. Lalu ia akhirnya berkuda ke tempat sang Jendral dan mohon pamit untuk kembali ke wilayah Jendral Wijaya. Saat itu ia melihat semua wajah tentara Mongol berubah mengerikan. Wajah mereka bukan lagi tampak seperti manusia namun seperti kawanan serigala yang lapar dan haus darah. Wajah mereka semua kejam, dan tersenyum. Akhirnya sebelum Suwongso pulang ia mendengar salah seorang perwira bertanya kepada Subodai.
"Jendral, hari masih pagi. Daerah mana lagi yang harus kita makan?"

Ambisi Wijaya bag.7

Siang dan malam mereka berkuda dan akhirnya mereka pun tiba di desa pecinaan. Di desa itu masyarakat mayoritasnya adalah warga negeri Sung, karena desa itu baru dibangun tidak lama. Terlihatlah seorang pemuda, dan berkuda ke arah Arjuna diiringi dua puluh tentara.
"Siapa kau, orang luar dilarang kemari " kata pemuda itu.
Tanto lalu marah dan berkata, "Beraninya kau menghina kami. Kami adalah orang penting dari kerajaan Kediri. Ini adalah perwira Arjuna, anak dari Jendral Sanjaya."
Mendengar hal itu pemuda itu langsung turun dari kuda dan membungkukan badan sebagai tanda memberi hormat.
"Maafkan kelancanganku, ternyata anda adalah anak dari Jendral yang menumpas kawanan perampok."
Pemuda itu langsung mempersilahkan rombongan Arjuna untuk masuk ke desa itu. Pemuda itu badannya tidak begitu besar. Tingginya 178 cm, umurnya 30 tahun dan ia adalah kepala desa di daerah itu. Ia bernama Huang Man, tabib yang terkenal itu kemudian dipanggil dan memeriksa sang Jendral yang dibawa didalam kereta. Tabib itu kemudian mengatakan bahwa sang jendral terkena racun yang ganas. Hanyalah obat ginseng yang dicampur dengan tanaman dentet yang dapat mengobati racun itu. Pada saat itu tabib Xun Yang hanya mempunyai ramuan ginseng saja. Sedangkan tanaman dentet itu adalah tanaman yang sangat jarang ditemukan. Tanaman itu sangat berkhasiat dan hanya dapat tumbuh di puncak gunung Lorojangkung.

Ambisi Wijaya bag.6

Akhirnya pagi pun tiba dan hujan turun dengan derasnya. Para perwira dan panglima telah kehabisan tenaga. Mereka terus-terusan melihat bendera musuh di sekitar mereka. Akhirnya para perwira mengkhianati panglima mereka sendiri. Mereka mengikat Tanjung Palaka saat ia sedang tidur kecapaian dan mengantarnya ke Chen Mien.
Melihat hal itu Chen Mien langsung memerintah tentaranya untuk menghukum mati para perwira musuh,
"Aku paling benci para pengkhianat. Apabila panglima kalian saja bisa kalian khianati seperti ini, bagaimana dengan aku yang hanyalah perwira kecil," kata Chen Mien dengan wajahnya yang penuh amarah.
Chen Mien langsung mengambil pisau kecil dan memotong semua tali yang mengikat panglima Tanjung Palaka serta memberinya mantel agar panglima itu terhindar dari derasnya air hujan,
"Apa-apaan ini," tanya panglima yang sedang kebinggungan itu.
"Anda adalah panglima yang hebat. Aku benar-benar kagum pada anda sejak pertama kali kita berperang," jawab Chen Mien.
Panglima Palaka itu terharu lalu bersujud di depan Chen dan berkata, "Aku juga sangat kagum pada anda. Anda tidak hanya kuat dan jantan, namun anda juga memiliki hati nurani yang besar. Aku Tanjung Palaka merasa sangat terhormat dapat gugur ditangan anda."
Chen Mien langsung mempersilahkan ia berdiri dan membujuknya untuk bergabung dengan Panglima Wijaya. Ia langsung setuju dan bersumpah untuk rela mati memperjuangkan ambisi Wijaya untuk menguasai Nusantara.
Dengan bergabungnya Tanjung Palaka ratusan ribu rakyat ikut senang, karena negeri Kertanegara kuno yang telah terpecah belah, kini telah menyatu kembali. Panglima Wijaya sendiri datang ke negeri selatan dan saat ia bertemu dengan Tanjung Palaka, mereka langsung berpelukan. Ratusan ribu rakyat langsung menangis terharu karena mereka sekarang dapat bertemu kembali dengan sanak saudaranya yang terpisah lama, sejak kerajaan Kertanegara di pecah belah. Upacara itu juga sekaligus melantik Wijaya menjadi Jendral dan menguasai wilayah Kertanegara yang dulu.
Namun upacara itu tidak berakhir dengan bagus. Ada seorang tentara yang terluka berat dan berkuda ke arena upacara. Tentara itu langsung jatuh dari kuda pada saat ia melihat Jendral Wijaya, "Perkemahan kita diserang tentara Kediri," kata tentara itu dan menghembus napas terakhir.

Ambisi Wijaya bag.5

Pada keesokan harinya, perang besar dimulai. Di suatu daerah dekat perbatasan, terbentanglah sawah yang luas. Terlihatlah para petani yang sedang menanam padi. Salah seorang petani terlihat lelah dan sedang berdiri sebentar untuk beristirahat setelah ia capek membungkuk lama. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari jauh. Terjadilah gempa yang dahsyat. Air di sawah itu pun bergetar, dari pelan hingga menjadi besar. Petani itu menjadi binggung. Saat ia melihat keteman-temannya, semua petani lain pun terlihat binggung. Lalu ia mendengar suara dari atas langit.
Saat ia menoleh ke atas, terlihatlah ratusan burung terbang dengan cepat bagaikan menjauhi sesuatu daerah. Petani itu lalu melihat ke arah burung itu datang, dan saat itu ia baru sadar kalau ada asap debu yang mengepul besar ke atas. Ia menjadi takut, dan binggung entah harus kabur kemana, karena didalam hatinya ia berpikir apabila terjadi topan badai yang besar, maka lari pun percuma saja. Kemudian ada seorang petani yang berteriak di atas bukit dari arah asap debu itu.

Ambisi Wijaya bag.4

Karena putri Dwimurni tidak dapat berbincang-bincang dengan pria yang ditaksirnya, maka ia kembali kekamarnya. Pada malam harinya ia mendengar bahwa perwira Chen Mien telah selesai mengajar ayahnya bermain permainan penguasaan wilayah (salah satu dari permainan China kuno yang mirip dengan catur). Chen Mien pun telah kembali ke kamarnya. Putri Dwimurni mengetahui bahwa itu adalah malam terakhir baginya untuk bertemu dengan sang kekasih.
Ia-pun pergi ke kamar Chen, namun sampai tengah perjalanan di dalam istana, ia merasa malu dan kembali ke kamarnya. Ia terus-terusan gelisah karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan, maka setelah lama kemudian akhirnya ia berdiri dari ranjangnya dan memutuskan untuk menjengguk perwira Chen untuk yang terakhirnya.
Sesampainya ia dipintu kamar sendiri, di bukalah pintu itu dan tiba-tiba seorang pembantunya datang dengan wajah penuh darah dan cabikan golok. Putri Dwimurni pun kaget dan berteriak.
"Putri, cepat kabur, pasukan Narwajo sudah berada dalam istana ini" kata pembantu itu, kemudian ia jatuh ke tanah dan mati seketika.

Ambisi Wijaya bag.3

Kini jendral Subodai berada dalam masalah besar. Ia tidak sanggup menahan malu di depan perwira Baatur.
"Aku memang makhluk tak berguna. Aku rela mencemarkan namaku dan tidak menaati perintah Ka-Khan (atau Kubilai Khan) hanya demi seorang wanita," kata Subodai dengan kepala tertunduk.
"Setiap orang pasti dapat berbuat salah. Namun yang Jendral perbuat hanyalah kesalahan kecil. Cinta memang patut diperjuangkan," jawab Baatur.
Mendengar hal itu Subodai kaget dan mengankat kepalanya. Baatur lalu melanjutkan,
"Aku sebagai perwira tentara Monggol, mengabdi setia kepada Jendral sejak dulu. Harap Jendral dapat mempercayakan hamba dalam menjaga rahasia ini. Namun sangat disayangkan bukan hanya hamba yang tahu akan rahasia ini".

Sabtu, 14 Mei 2011

Rio - Sweaty SEX (IPTD-716)


Secene 1:
Rio dengan baju lengan panjang warna abu-abu dipadu rok mini hitam.. tampak ciuman dengan cowo bercelana jeans telanjang dada. Sambil ciuman si cowo mulai grepe-grepe. Jilat-jilat seluruh tubuh Rio. Bajunya dilucuti dan si cowo mulai fingering. Tampak Rio mulai berkeringat. Rio dengan napsu melakukan BlowJOB, hanjob sambil isep2 pentil si cowok.

Putri Singasari

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Ambisi Wijaya bag.2

Setelah Ayu meninggalkan ruangan itu, Subodai pun berjalan kembali ke kamarnya. Pada saat ia kembali kekamar, ia hanya duduk dikursinya dan terus membayangi kecantikan wajah dan kemolekan tubuh Ayu. Tanpa disadari seorang tentara mengetuk pintu kamar sang Jendral dan berkata bahwa makan malam telah tiba.
Jendral Subodai baru sadar bahwa ia benggong di kamar sendirian selama dua jam. Maka iapun bangkit dari kursinya dan mengikuti makan malam bersama para tentaranya. Pada saat ia makan malam, Subodai terlihat agak kurang nafsu makan dan hanya duduk terbenggong. Meng Chi melihat wajah Subodai dari samping dan tersenyum.
"Jendral, makanan yang terlampau dingin, tidak enak untuk dicicipi" kata Meng Chi.
Subodai terkejut dan baru sadar kalau ribuan tentara sedang memandangnya. Salah satu perwira Subodai yang setia bernama Baatur berkata kepada Jendral Subodai, "Jendral, ada apa gerangan? Mengapa Jendral terlihat aneh malam ini? Apakah ada masalah besar?"

Ambisi Wijaya bag.1

Cerita ini bermula dari permulaan abad ke 13, dimana kerajaan Kediri berdiri megah dan perkasa.
Pada suatu malam, dimana para nelayan sedang berlabuh untuk mencari ikan di laut Jawa. Malam gelap gulita, dan tepat pada saat itu terjadi gerhana bulan.
"Wah, bulan menghilang," kata seorang nelayan sambil mendayung perahunya. "Sepertinya akan terjadi hal yang buruk, menimpa negeri Jawa," kata nelayan yang lain. "Ah.. Itu hanyalah takhyul, jangan percaya yang tidak tidak"
Karena malam itu sangat gelap gulita, maka para nelayan itu menghentikan perahu mereka sesaat agar tidak tersesat di lautan luas. Kemudian terdengarlah suara orang berbicara dan ombak air bergelombang besar.
"Suara apa itu?" tanya seorang nelayan.
Namun karena mereka tidak dapat melihat apa apa, maka mereka pun hanya terdiam saja. Dan kemudian beberapa saat kemudian, gerhana bulan pun selesai. Cahaya bulan kembali bersinar terang. Para nelayan itu kemudian melihat ke arah dimana suara aneh itu datang, dan saat mereka berpaling, terlihatlah sebuah logam baja raksasa bergambar wajah yang menyeramkan.
"Ah Naga raksasa! Ayoo kabur," teriak salah seorang nelayan.

Kacungku yang Hipersex

Pada suatu pagi, dihari libur, seperti biasa aku tinggal seorang diri bersama kacungku yang umurnya 1 tahun lebih muda dariku. Sedang pembantuku dan tukang kebunku sedang ke Puncak, untuk merawat villa kami. Kacungku, No, anaknya agak gendut, tingginya kurang lebih sama dengan tinggi tubuhku sendiri, kulitnya kehitam-hitaman karena sering terpanggang panas matahari. No anaknya agak pendiam, itu yang membuatku sering menggodanya. Hari itu aku sedang terangsang berat, karena tidak ada pak Mat, tukang kebunku, yang biasanya memenuhi kebutuhan sex ku. Jadi kucurahkan perhatianku kpd si No, kacungku itu. Ternyata dia anaknya polos sekali, belum kenal apa itu sex dan entot-mengentot.
Hari itu, aku merencanakan untuk menggoda nya lagi. Aku pura-pura akan mandi di kamar mandi belakang, kamar mandi tamu yang agak jauh dr kamarku. Aku hanya menggunakan handuk kulilitkan ke tubuhku seadanya, nampak jelas sekali bongkahan buah dadaku yang ukurannya 32B itu, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, rambutku yang sebahu lebih itu hanya mampu menutupi sebagian dari keindahan buah dadaku, putingnya yang kemerah-merahan itu mencuat dan mendongak keatas, pantatku yang memang agak nungging itu bulat dan indah, pada saat lewat di depannya yang sedang membersihkan meja makan, persis didepan matanya, pura-pura handuk ku terlepas dan jatuh kelantai, kontan tubuhku yang tidak terbungkus apapun itu terlihat jelas olehnya, aku melihat reaksinya yang tersipu malu dan melengoskan pandangannya. Kuteruskan ke kamar mandi sambil ketawa tertahan melihat tingkahnya.

Try Me!

Banyak peniru yang gak orisinil, dan merusak rangkaian image yang sudah terbentuk. Hehehehe... just kiddin maan. Tapi begitulah, terkadang yang namanya manusia mudah terpikat dan tertarik untuk mengikuti suatu pola trend yang ehehe... memang luar biasa. Terutama dari beberapa `sumber arus' yang dahsyat. Hohoho...
Kenalkan, nama saya Ray. Umur saya 22 tahun, dan kuliah di sebuah universitas yang lumayan terkenal di surabaya. And so on.. and so on... saya akan berusaha mengenalkan siapa saya dengan cara yang semoga bisa membuat kalian lumayan `berdiri' hohohoho...

Sandra - aku dan tukang kebunku

Sandra
Namaku Sandra, umurku baru 14 tahun, tinggal bersama kedua orangtuaku di sebuah kompleks perumahan elite di Jakarta. Tapi karena kesibukan yang padat, kedua orangtuaku sering tidak dirumah. Biar ku ceritakan dahulu mengenai aku, agar kalian punya gambarannya. Tinggiku 147 cm, beratku hanya 45 kg, kulitku putih mulus tanpa cacat sekecil apapun, maklum, aku anak keturunan chinese yang sangat terawat. Aku anak tunggal kesayangan yang bisa dibilang agak "kuper", dikarenakan lingkunganku yang selalu dibatasi oleh kedua ortu ku. teman-temanku pun hanya beberapa, itupun  kebanyakan cewek semua. Jadi pengetahuanku mengenai kehidupan sangat sedikit, apalagi mengenai sex, bisa dibilang nol besar. sampai umur seginipun aku tak pernah tahu apa itu sex, kehamilan, kontol anak laki, ciuman, dll. selebihnya bayangin aja sendiri betapa "kuper"nya aku ini.
Ok, aku lanjutkan ceritaku. Dirumahku yang lumayan besar itu, hanya ada aku dan pembantu-pembantuku. Yang 2 orang adalah pembantu rumah tangga, yang satu Bi Yem, orangnya udah tua banget, sedang satunya adalah cucunya yang berumur 1 tahun dibawah umurku, 13 thn, panggilannya No,  kacungku. Seorang lagi adalah tukang kebunku yang sudah tua, Pak Mat, umurnya sudah sekitar 65 tahun, dan seorang lagi sopir papaku, namanya Bang Jun, umurnya sekitar 30 tahunan. Itulah isi rumahku saat ortuku tidak dirumah.

Kisah dibalik KKN

Lisa

Pendahuluan

Aku Andi 17 tahun kelas 2 SMU. Keluargaku adalah orang Cina miskin dari satu kota kecil di Jawa. Aku dan ciciku (kakak perempuan) tinggal dengan pamanku, sepupu papa, pengusaha sukses di kotanya. Kakakku setahun lebih tua dariku, namanya Lisa.
Kami ikut papa sejak kecil setelah orangtuaku bercerai. Kami jarang kontak dia lagi setelah dia kawin lagi dengan gadis pribumi 20 tahun dan pindah ke kota lain. Karena kasihan dan demi pendidikan yang lebih baik di kota besar, setahun lalu pamanku menawarkan untuk pindah ke tempatnya. Lagipula, putri tunggalnya Hani sejak SMP kelas 1 disekolahkan di Singapura sehingga dia hanya tinggal dengan tanteku.
Aku orang yang paling pesimis sedunia dan sejak kecil selalu jadi bahan tertawaan. Sekarang pun, aku sering disuruh-suruh dan dimaki-maki oleh pamanku dan istrinya, juga kakakku. Sementara kakakku dimanja oleh mereka, sering dibelikan baju bagus dan barang mahal lainnya terutama bibiku. Aku menyadari aku memang pantas disuruh-suruh dan direndahkan orang. Jadinya aku malah"menikmati" saja ketika dimarahi dan disuruh-suruh.
Bahkan urusan seks dan masturbasi pun aku tidak pernah mambayangkan diriku sendiri namun sedang menonton orang lain terutama kakakku yang berhubungan seks atau sekedar dipegang-pegang oleh cowok lain. Utamanya cowoknya adalah pribumi. Karena sering aku melihat ia diliatin dan digodain oleh cowok-cowok pribumi. Setiap pulang sekolah selalu melewati STM yang cowok semua dan pribumi.

Tirai Kehormatan yang Terkoyak

Cerita ini adalah sebagian kisah kehidupan yang kualami, sebelumnya aku akan memberikan sedikit gambaran tentang diriku. Aiswara namaku, aku seorang wanita yang telah 26 tahun berada di dunia ini, aku terlahir dari buah cinta seorang keturunan Pakistan dan Jerman, jadi tak heran kalau aku mewarisi kecantikan ras bangsa asia dengan tinggi hampir 170 cm dan berat badan yang ideal. Aku sendiri sangat bersyukur karena Tuhan memberikan anugerah kecantikan dan kemolekan tubuh seperti ini, wajar saja semasa kuliah dulu aku sering menjadi rebutan teman pria di kampusku. Sekarang aku telah menjadi Ibu rumah tangga dan aku pun sangat mencintai kekasih yang kini menjadi suamiku.
Mungkin karena berada di tempat yang baru dengan suasana baru pula yang membuat aku dan suamiku begitu bergairah malam ini. Memang tadi siang kami baru berjalan-jalan di sekitar kota untuk hanya sekedar mengenal tempat yang untuk beberapa waktu kedepan akan menjadi tempat tinggalku yang baru. Mas Rohan suamiku memang baru mendapat promosi untuk memimpin cabang perusahaan dimana suamiku bekerja, dan aku memang terpaksa ikut dengan suamiku pindah kekota baru ini karena aku tidak mau berpisah dengan Mas Rohan suamiku.
Sudah hampir setahun pernikahan kami, tetapi rasanya baru kemarin kami berhadapan dengan penghulu di hadapan sanak keluarga. Aku sangat mencintai Mas Rohan suamiku dan begitu juga sebaliknya sehingga rasanya kami menikmati bulan madu terus setiap hari walaupun sudah hampir setahun usia rumah tangga kami. Seperti malam ini walaupun seharian kami keliling kota Bandung, tapi rasanya kami tidak merasa lelah untuk sekedar menumpahkan rasa cinta kami yang begitu menggebu.